25• 14+

9K 662 8
                                    

Warning ⚠️

Part ini mengandung kiss dan khusus untuk anak 14thn. Di bawah itu saya tidak mau bertanggung jawab.

Terima kasih mohon bijak dalam membaca.

~~~~

Waktu berlalu begitu cepat, hari demi hari berganti. Bulan demi bulan pun berganti, terhitung sejak pertemuan nya dengan Daniel malam itu membuat keduanya semakin dekat. Bahkan sudah 3 bulan Daniel dan Emily saling berdekatan tanpa status yang artinya hubungan keduanya masih tidak jelas.

James yang mengetahui jika sang adik tengah dekat dengan seorang lelaki selain dirinya merasa geram. James berkali-kali menyuruh anak buahnya untuk memata-matai adiknya namun sampai saat ini 100 anak buah yang diperintahkan James tak kunjung kembali. James berdecak kesal, bagaimanapun caranya untuk membuat adiknya selalu bersama dengan dirinya tidak akan berhasil.

Selain terhalang rasa keduanya juga terhalang oleh rahim. Keduanya dilahirkan dari rahim seorang ibu yang sama.

Kini Emily tengah bersama dengan Daniel, keduanya sama-sama tersenyum ketika saling bertatapan hingga suara barang yang terjatuh membuat keduanya sama-sama menoleh ke arah belakang. Emily memutar bola matanya malas, lagi dan lagi.

Segera Emily mengeluarkan pistol dan menembak kaki dari orang yang diam-diam memata-matai nya. Sial Kak James benar-benar.

Daniel langsung memerintahkan anak buahnya untuk membawa orang yang baru Emily tembak ke dalam ruang bawah tanah, di susul oleh dirinya dan juga Emily.

"Dia sudah jadi yang ke 101," ujar Emily.

Daniel menoleh ke arah Emily, langkah dari keduanya sama-sama terhenti karena telah sampai tepat di depan penjara tahanan.

"Selanjutnya ini mau di apakan? Selera membunuh sedang tidur," lanjut Emily tanpa menoleh ke arah Daniel.

Daniel terkekeh, ia lalu menatap fokus ke depan. "Untuk anjing, serigala, dan singa yang sedang kelaparan bagaimana? Lumayan jadi aku tidak perlu membeli daging," balas Daniel. "Ap-"

"Setuju," sela Emily cepat. "Gue setuju, kalo perlu sisain tulang punggung mereka satu."

"Untuk?"

"Pajangan," jawab Emily singkat.

"Lumayan mengerikan juga rupanya," tutur Daniel dan berdecak kagum.

~••°°••~

"Pelan-pelan cantik," ujar Daniel membersihkan sisa es krim di sudut bibir Emily.

"Thanks," balas Emily. Ia menatap lekat mata Daniel sebelum akhirnya mengalihkan tatapannya.

"Kenapa di alihin hm? Jantungnya deg degan atau takut?"

"Gue enggak pernah takut sama lo, dan lo jangan sok tahu." sinis Emily.
Ia membuang sampah es krimnya ke tong sampah yang tak jauh dari bangkunya.

Ah lupa sekarang kedua manusia tanpa hubungan yang jelas itu sedang berada di sebuah taman yang sangat asri. Pemandangan yang memanjakan mata serta udara yang sejuk membuat keduanya betah berlama-lama.

"Yang bener? Bohong?"

"Gue enggak bohong Daniel!" tekan Emily. Ia mendengus kesal.

"Canda atuh maniz." Daniel terkekeh geli, kedua tangannya memegang pipi milik Emily. Kemudian Daniel mencubit-cubit pelan pipi gadis yang berada di hadapannya itu.

"Sakit Niel!" sentak Emily, ia lalu menepis kedua tangan Daniel. "Katanya mafia, mafia apa. Mafia jadi-jadian," gumam Emily namun masih terdengar oleh Daniel.

"Aku tidak pernah bilang kalo aku mafia, kamu saja yang menebak-nebak."

"Anjing."

"Coba ulangin," pinta Daniel dan menatap lekat Emily.

"Anjing." ulang Emily tanpa keraguan.

"Ulangi!"

"Anjing!" kali ini intonasi suaranya lebih tinggi membuat Daniel langsung mencium bibir Emily.

Emily melotot tak percaya kala benda kenyal menempel di bibirnya, otaknya seketika tidak bisa berfikir jika semua ini nyata. Emily berfikir semua ini hanya imajinasi dirinya, namun saat Daniel mengigit dan melumatnya Emily langsung menyadari jika semua ini nyata.

Daniel memegang tengkuk leher Emily dan berusaha memperdalam ciuman keduanya. Tangannya tak tinggal diam, ia meraih punggung Emily membuat keduanya semakin dekat. Setelah meraih punggung kini Daniel memegang bagian dada Emily, ia sedikit menggoyangkannya dan meremasnya membuat ringisan keluar dari mulut Emily.

Segera Emily melepaskan ciuman tersebut dan mendorong tubuh Daniel. Nafas keduanya saling tidak beraturan, namun Daniel malah tersenyum.

"Gila lo?" maki Emily.

"Itu akibatnya jika mulut kamu berbicara hal kotor, mulut dari seorang wanita secantik kamu itu tidak pantas untuk berbicara seperti itu." jelas Daniel.

"Anjing lo," Emily tetap memaki Daniel dengan bahasa kasar.

"Emily!" peringat Daniel.

"Salah sendiri ngapain remes punya gue."

"Biar gede."

"Maksud lo?"

"Punya kamu kecil makanya aku bantu biar cepet gede."

"Anjing lo. Tete shaming itu namanya," Emily menjeda ucapannya, ia mengatur nafasnya terlebih dahulu kemudian mulai berbicara kembali. "Asal lo tahu, walaupun gue tepos tapi kalo soal bela diri gue maju paling depan."

"Iya gue tepos tapi setidaknya gue bisa bela diri. Kagak kek Clara berisi tapi ngandelin antek-anteknya."

"Stt." Daniel membekap mulut Emily. "Jangan bicara gitu. Kalo soal tepos atau enggaknya, enggak perlu di bicarain. Nanti aku gedein." setelah berkata seperti itu Daniel menurunkan tangannya.

~••°°••~

Hai jangan lupa untuk memberikan vote dan komentar kalian love you <3

Follow Instagram.
@wp.post

Follow TikTok serta YouTube Buma

TikTok @yuvita_wattpad

YouTube @yuvita Idriani Pratiwi

Jangan lupa follow, like, subscribe, vote and komen 💖💓

Love you Reata💓

Emily's New Life (Reupload)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang