24 - Angry

75.3K 8.8K 928
                                    

Pagi-pagi sekali Brata sudah datang ke rumah Ellie dengan stelan seragam sekolahnya. Cowok itu terlihat menunggu Ellie di luar dengan posisi duduk di atas motor.

Ellie yang baru saja membuka gerbang terkejut melihat itu. Lantas gadis tersebut langsung menghampiri Brata dengan langkah kecil.

"Kak Brata ngapain ke sini sih?" tanya Ellie heran.

"Kenapa emangnya? Saya kan mau jemput kamu buat ke sekolahan bareng," jawab Brata bangkit dari motor. Cowok itu memakai jaket denim motif tentara yang membaluti seragam putih sekolahnya.

Ah, melihat Brata. Ellie terkadang terpesona dengan ketampanan cowok itu. Brata memiliki pahatan wajah yang sempurna, apalagi bibir dan matanya. Bahkan Ravin yang dulu Ellie anggap paling tampan kini tergantikan oleh Brata.

"Tapi Ellie mau berangkat sendiri aja."

"Sama Ravin?" tanya Brata yang sukses membuat Ellie mengerutkan alis.

"Kok Kak Brata tau kalo aku berangkat bareng kak Ravin?"

"Apa yang saya gak tau dari kamu, Ellie."

Ellie mendengkus. "Kakak cenayang?"

"Iya." Brata tersenyum lalu tanpa izin memakaikan Ellie helm yang kini ia bawa selalu khusus untuk gadis itu. "Nurut aja. Daripada berangkat sama orang yang udah punya pacar?"

"Apaan, sih?! Kenapa Kakak tau semuanya? Lagian Ellie juga udah gak berangkat sama kak Ravin lagi!" ketus Ellie sembari bersedekap dada dan membuang arah muka.

"Alasannya karena kamu udah tau dia punya pacar, kan? Terus karena kamu patah hati?" Brata menggeleng-gelengkan kepala. "Kamu belum tau aja selama ini perasaan saya. Saya selalu coba buat sabar waktu melihat kamu suka sama cowok lain. Apalagi pernah sampai melihat kamu dicium orang yang lebih dewasa dari kamu. Hati saya panas, Ellie."

Ellie terdiam menatap cowok itu. Dirinya benar-benar tidak bisa menebak bagaimana perasaan Brata yang sesungguhnya. Kemarin Ellie sempat menganggap Brata terlalu terobsesi kepadanya ketika mendengar cerita dari Abintara. Oleh karena itu, sebelum mengetahui perasaan Brata nanti, ia tidak akan menerima cowok itu lebih dulu. Dan berusaha untuk tidak luluh ketika Brata mencoba untuk memperilakukannya dengan sangat baik.

"Kak, kenapa kita gak jadi adik-kakak kayak dulu aja?"

Brata yang selesai mengaitkan pengait helm di kepala Ellie itu menatap Ellie lekat. "Saya gak mau."

"Kenapa?"

"Seperti yang om Tama pernah bilang, dia mau kita jadi sepasang kekasih, Ellie. Bukan lagi sebagai adik-kakak."

"Tapi kan bisa gak usah dihirauin, Kak. Anggep itu cuma keinginan papa aja." Dengan entengnya Ellie mengucapkan kalimat itu.

Raut Brata yang tadi tersenyum kini berubah datar. Ellie tak tahu bahwa ucapannya berhasil menyinggung Brata yang sangat menghormati segala keputusan dan perintah Tama.

Ellie langsung mengantupkan bibirnya rapat ketika melihat Brata yang rautnya berubah 180 derajat. Cowok itu lantas naik ke atas motor tanpa mau mengidahkan ucapan Ellie. Kenapa dengan cowok itu? Apakah dirinya salah bicara?

"Naik," titah Brata tanpa menoleh.

Ellie langsung menurut. Mungkin jika tadi Brata tidak memakaikannya helm ia akan menolak untuk berangkat dengan cowok itu.

Motor Brata melaju meninggalkan rumah besar Ellie. Dan sepanjang perjalanan Ellie selalu melirik Brata dari pantulan spion, mencoba memastikan raut apa yang ditampilkan Brata. Rautnya benar-benar datar bukan seperti saat pertama bertemu tadi. Seketika perasaan Ellie dirundung oleh rasa bersalah.

BRATAWhere stories live. Discover now