11. 💋 Arque 💋

Start from the beginning
                                    

"Twinsi, pacaran kali ya sama Rean?"

"... Ish cocok sih, tapi kok ya aneh..."

"Kenapa, Sis? Cemburu ya Rean akhirnya sold out!"

"Lo kira dia barang?" Dan masih banyak pertanyaan yang bergaung di sana. Membuat nyeri telinga tentu saja.

Bahkan para staf pria terang-terangan memekikkan kata cemburu karena idola kantor mereka--Twinsi, si junior paling ramah sedang bergandengan tangan dengan mesra bersama Rean.

"TWINSI! KOK KAMU BISA-BISANYA MENCAMPAKKAN AKU!" teriak salah satunya dengan nada dramatis. Halah, lebay sekali. Twinsi hanya tersenyum tanpa menghiraukan semua orang begitu pula Rean, mereka keluar dari lobi kantor dan berjalan menuju restoran yang lokasinya di seberang gedung kantor mereka.

Sesampainya di restoran itu, Twinsi melepas rengkuhan tangannya, lalu mengajak Rean duduk berhadapan di meja nomor dua puluh tiga, tepat di sebelah jendela kaca transparan yang langsung bisa melihat trotoar dan jalan raya.

"Kamu bikin salah paham orang sekantor," kata Rean.

"Boleh tahu nggak sih, Kak Rean kesel kenapa? Udah beberapa hari ini mood-nya anjlok terus, kayak cowok kurang coli." Ya, wanita itu terus terang sekali jika berbicara.

"Ish! Mulut kamu!" peringat Rean sambil berusaha membungkam mulut Twinsi. Namun niat itu segera dia urungkan. "Ada masalah pribadi. Kamu nggak perlu tahu."

Twinsi yang sedang melihat-lihat buku menu akhirnya mengalihkan pandangannya menatap pria itu. "Soal cewek? Kenapa lagi? Terjebak prenjon?" tanyanya meledek.

"Friendzone!" tegas Rean membenarkan ucapan wanita itu.

Twinsi menyeringai lantas tertawa kecil. "Ya, maksudnya itu. Cewek yang Kak Rean suka. Jadi, apa yang membuat Kak Rean galau berat gini?"

"Pesen makan dulu sana," balas Rean. Pria itu melambai ke arah pelayan dan memesan makan siang untuk dirinya dan Twinsi. Setelah sang pelayan itu berlalu, barulah dia memulai kembali percakapan yang terjeda.

"Cewek yang tinggal sama Kakak kan masalahnya?" Twinsi menaik-turunkan alis menyebalkan yang membuat Rean mendesah karena tebakannya benar. Rean pernah sekali bercerita, tidak tahu jika Twinsi punya ingatan super tajam seperti ini. Hanya Twinsi saja yang tahu, yang lain belum. Rean menutupinya dengan handal.

"Aku nggak tahu, dia beneran sadar atau enggak. Tapi susah banget meyakinkan dia untuk sadar sama situasi kita berdua."

"Dia nggak peka rupanya. Stres ya, Kak? Padahal kalau mau gampang tinggal bilang langsung."

Rean menarik nafas kesal. "Justru itu. Kalau aku bilang langsung ada banyak hal yang aku takutin terjadi."

Pesanan mereka sampai di meja, Rean segera menyeruput es teh manis hingga tandas separuhnya. Lalu melahap salad miliknya tanpa bersuara. Hanya itu saja pesanannya.

"Mungkin dia cuma butuh dipahami aja." Twinsi menyendok nasi goreng sosis ke dalam mulutnya.

"Mau dipahami kayak gimana lagi? Susah ngadepin manusia nggak peka!" kata Rean di sela kunyahannya.

Pada saat topik pembicaraan sedang dalam tahap yang sangat serius, di luar kaca restoran, Viona melintas dan tersenyum sambil mengetuk pelan kaca di meja tempat Rean makan siang tanpa mereka ketahui.

Tuk tuk

Pria itu menengok ke samping dan gelagapan seketika karena menjumpai wanita itu di sini, tempatnya bersama Twinsi.

"Rean!" sapanya sambil melambaikan tangan dengan girang. Viona memutuskan berjalan menuju pintu restoran, lalu membuka benda itu yang menimbulkan bunyi lonceng kecil yang tertempel di depan sana.

How to kiss?Where stories live. Discover now