14. Masalah Baru

39K 4.9K 114
                                    

Happy reading, jangan lupa meninggalkan jejeak di lapak ini...
Instagram : @ellechelle_

***

Kinan mendudukkan Terra di salah satu kursi rapat. Terra masih belum mengeluarkan sepatah kata pun setelah insiden tadi. Jiwanya serasa ditarik paksa keluar dari dalam tubuhnya. Bahkan untuk sekedar menatap Kinan saja dia tidak berani. Dia takut, banyak karyawan yang menyaksikan tadi, sudah pasti kelakuan Dion jadi highlight. Terra hanya bisa berharap mereka tidak mendengar kata-kata Dion yang terakhir.

         "Minum Bu? Saya ambilkan ya?" Tanya Kinan khawatir. Terra memutar kepalanya menatap Kianan tanpa ekspresi, kemudian menggeleng, menolak tawaran dari Kinan.

         "Saya tidak butuh minum sekarang. Kamu boleh keluar. Terima kasih sudah mengantar saya kesini." Terra bingung dengan dirinya sendiri. Kenapa dia harus berterima kasih karena diantarkan ke ruang rapat yang jelas dia tahu letaknya ada di sebelah mana.

         "Saya disini saja sampai Pak Dion datang." Perkataan Kinan sontak membuat Terra langsung menatapnya tidak suka. Dia anti mendengar nama Dion disebut sekarang. Kinan mulai gemetar, takut-takut kalau dirinya salah bicara dan menyulut amarah atasannya ini.

         Pintu ruangan dibuka, dua orang lelaki beda usia tersebut langsung masuk. Pak Hendra langsung duduk di hadapan Terra, sementara Dion masih berdiri di sana. Tatapan mereka bertemu. Dion dengan tatapan biasanya, dan Terra dengan tatapan membunuhnya.

"Kinan, kamu boleh keluar sekarang." Kinan buru-buru beranjak dari sana. Tidak lupa dia menutup pintu ruangan rapat-rapat.

Dion berjalan mendekati Terra, mendudukkan dirinya disamping Terra, tepat diahadapan papanya yang sudah berdehem beberapa kali. Setelah menyuruh Terra ke ruang rapat, Dion langsung mengusir Reyya dan membubarkan kerumunan disana. Papanya jelas sudah marah, terlihat jelas dari gurat wajahnya yang mengeras.

"Papa kesini pagi-pagi karena katanya salah satu koleksi kamu datang ke kantor. Papa sudah bilang kalau papa tidak suka kamu bawa-bawa perempuan tidak jelas ke perusahaan!" Bentak Hendra menggelegar. Terra memejamkan matanya, meresapi bentakan yang sudah lama tidak dia terima beberapa waktu belakangan ini.

"Terus ini apa? Perempuan tadi kenapa bisa ada di kantor? Dan kamu," Hendra menatap Terra lekat-lekat. Napas Terra berhenti sebentar, jaga-jaga kalau dia akan kena semprot juga. "Kamu calon istri Dion?" Hendra mulai melembut ketika memandang Terra.

         "Sa   "

         "Iya, dia calon istriku." Jawab Dion lugas. Terra melotot, bola matanya nyaris saja keluar. Kata-katanya dipotong Dion, dan lelaki itu malah mengakui Terra sebagai calon istrinya? Yang benar saja!

         "Kamu bilang dia calon istri kamu? Tidak salah dengar papa? Baru kemarin peliharaan kamu berani menginjak perusahaan, hari ini perempuan sial itu juga datang ke sini, dan sekarang kamu bilang dia calon istri kamu?! Kamu mau main-main dengan papa?!" Hendra jelas tidak bisa menahan kemarahannya sekarang. Sudah tidak terhitung berapa kali dia menghentak-hentakkan tangannya ke meja, mengeluarkan bunyi nyaring yang bisa membuat jantung putus.

         "Dimana yang salah?! Papa sama mama kan ribut terus menyuruhku menikah. Sekarang aku kenalkan calon istriku malah marah juga! Jadi maunya apa?!" Dion tidak kalah sengit membalas papanya.

         "KAMU!" Tunjuk Hendra murka pada Dion. "CALON ISTRI APANYA KALAU KAMU MASIH MAIN SANA-SINI SAMA PEREMPUAN SEMBARANGAN?!?!"

         "Karin sudah selesai! It's finish! Dia yang masih mengejar-ngerjar aku. Masalah Reyya, aku baru bertemu beberapa hari yang lalu, itu pun aku tidak menyangka dia sangat tidak tahu malu masih berani menemuiku!"

TerraCotta (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang