27. Berubah

30.9K 3.9K 57
                                    

Happy reading, jangan lupa meninggalkan jejak di cerita ini...
Instagram : @ellechelle_

***

Pertemuan Dion dengan Reyya merubah semuanya. Reyya mulai tenang, mulai bisa berpikir jernih, tapi malah Dion yang tidak sanggup berpikir dengan benar. Dua hari sudah dia tidak tidur. Sekalinya tidur pun tidak lebih dari dua jam, itu juga tidak nyenyak.

         Dia baru saja menciptakan keadaan dan situasi rumit lainnya dalam hidupnya sendiri. Terra, dia maish belum memberi tahu Terra mengenai pertemuannya dengan Reyya. Dion bingung harus memulai dari mana.

         Hatinya menjerit untuk mendapatkan Reyya kembali, tapi sebagian lagi juga bersikeras menahan Terra disampingnya. Akan sangat tidak adil kalau dia harus melepaskan Terra setelah membuat hidup wanita itu tidak karuan. Membawa Reyya masuk dalam kehidupannya juga sangat tidak mungkin. Dion sudah membayangkan semarah apa kedua orangtuanya nanti.

         Beberapa hari terakhir dia lebih banyak diam dan menghindari pertemuan dengan Terra. Selain karena sebentar lagi dia juga tidak akan di perusahaan ini lagi, dia juga tidak mampu untuk menatap Terra. Padahal biasanya dia selalu jadi orang nomor satu yang mampu mengintimidasi orang lain, sekarang malah dia yang merasa terintimidasi.

         Mata Terra jernih, setiap kali wanita itu bicara matanya mampu menjelaskan semuanya. Dion bisa tahu kapan Terra kesal, marah, sedih, ataupun senang hanya dari ekspresi matanya saja. Unik memang, tapi begitu keadaannya. Terra selalu berani menatap lawan bicaranya, jadi tidak sulit untuk tahu apa yang sedang dirasakannya.

         Pintu ruangan Dion diketuk. Baru saja mampir di pikirannya, Terra sudah muncul di hadapannya sambil membawa beberapa berkas. Panjang umur sekali dia.

         "Laporan mingguan, sekaligus jadwal rapat susunan organisasi yang baru." Dion mengambil berkas tersebut kemudian langsung membacanya.

         "Urusan saya sudah selesai disini. Saya masih akan mendampingi sampai proses pergantian kepemimpinan rampung, tapi saya akan lebih jarang di sini. Ada beberapa hal yang harus saya bereskan di perusahaan saya sendiri."

         "Baik Pak. Kalau sudah tidak ada lagi saya mau kembali ke tempat saya." Terra berbalik, beranjak keluar dari ruangan Dion.

         "Tunggu," Langkah Terra terhenti, kemudian berbalik lagi menghadap Dion, menunggu lelaki itu melanjutkan kata-katanya. "Kamu tidak mau tanya ke saya apa yang terjadi waktu itu?" Tanya Dion.

         "Waktu itu yang mana?" Tanya Terra bingung sambil mengingat-ingat. Banyak waktu yang dia lalui bersama Dion, namanya juga sekertaris.

         "Habis rapat." Terra berpikir sejenak berusaha mengingat, beberapa detik kemudian dia menjentikkan jarinya.

         "Oh, yang waktu itu. Nggak perlu. Saya nggak suka ikut campur urusan orang lain. Kalau Bapak nyaman nanti juga cerita sendiri ke saya." Terra kembali melanjutkan langkahnya keluar ruangan Dion, tapi baru sampai di ambang pintu, dia berhenti dan berbalik lagi menatap Dion.

         "Saya sudah bisa kembali ke ruangan saya Pak? Atau masih harus tetap disini sampai Bapak pergi nanti?" Tanya Terra.

         Dion berpikir sejenak. Sebenarnya tidak ada lagi alasannya menahan Terra untuk tetap ada di luar ruang kerjanya. Sebentar lagi juga dia tidak akan ada disini lagi. Tapi berat juga untuk mengiyakan wanita itu kembali ke ruang kerjanya semula, artinya mereka akan jarang bertemu setelahnya.

         "Nanti dulu, sampai Direksi yang baru ditunjuk dan saya tidak disini lagi kamu baru boleh kembali ke tempat lama." Terra mengangguk mengerti. Tidak merasa perlu mengatakan apapun, dia beranjak keluar meninggalkan keheningan di ruangan Dion.

TerraCotta (Completed)Where stories live. Discover now