39. Kencan Pertama

26.7K 2.8K 4
                                    

Happy reading, jangan lupa meninggalkan jejak di lapak ini...
Instagram : @ellechelle_

***

Terra mengeluarkan selembar kertas yang sudah sedikit lusuh, kemudian menyodorkannya pada Dion. Di dalam kertas itu sudah ada beberapa daftar tentang semua yang mereka butuhkan untuk pernikahan mereka yang tinggal satu bulan setengah lagi.

"Tempat sudah, makanan juga sudah, tiket pesawat, transportasi, penginapan juga sudah. Dekor dan lainnya nanti WO yang urus, aku udah nggak punya tenaga lagi buat ngecheck sendiri. Lagian cuti aku juga udah abis. Baju sama jas juga sudah. Semua sudah semua. Tinggal yang kecil-kecil aja yang belum beres." Kata Terra.

Dion sendiri tidak berminat melihat kertas yang diberikan oleh Terra. Kalau Terra sudah oke, maka dia tidak mau ambil pusing juga. Dia percaya dengan selera Terra. Lagipula selera Terra juga tidak buruk.

"Kamu sadar tidak kalau ini kencan pertama kita?" kata Dion santai.

Terra mengamati sekeliling ruangan. Mereka sedang ada di salah satu rooftop restaurant di Jakarta. Ini kali pertama mereka makan bersama, benar-benar makan. Bukan yang hanya datang, pesan, lalu pergi sebelum makanannya datang seperti waktu itu.

Dion dan Terra sama-sama sibuk. Dion harus kerja ekstra dari pada biasanya agar dia bisa cuti panjang untuk pernikahan mereka. Sementara Terra tidak lama lagi akan keluar dari perusahaan. Banyak yang harus dia selesaikan dan siapkan sebelum menyerahkan jabatannya.

"Kalau definisi kencan itu sama dengan makan di restoran, ini berarti kencan kedua kita. Pertama kali kamu ngajak aku kencan kan di Blubelle, yang kita nggak jadi makan itu loh? Ingat kan?"

"Itu bukan kencan." Jawab Dion singkat. Terra tertawa renyah. Akhir-akhir ini Terra jadi suka membuat Dion kesal.

"Oke, ini kencan pertama kita. Memang kenapa kamu tumben-tumbenan ngajak aku kencan? Biasanya cuma sekedar pulang bareng, mampir di tempatku."

"Sekali-sekali menghabiskan waktu berdua saja diluar kantor dan kafe. Kamu memangnya tidak bosan kalau harus minum kopi terus?" Terra tampak berpikir sejenak.

"Kopi itu kebutuhan, bukan keinginan. Oh iya, dua minggu lagi undangan jadi." Kata Terra.

Bicara soal undangan, kedua orangtua Dion tidak masalah dengan keputusan mereka yang menginginkan pesta sederhana dengan hanya dihadiri oleh beberapa orang saja. Total undangan yang mereka sebar ada seratus undangan, dua puluh diantaranya keluarga dan kerabat Terra, sementara delapan puluh undangan lainnya diborong oleh Dion. Lihat kan perbedaan mencolok mereka.

"Reyya apa kabarnya? Blubelle masih ada tapi aku nggak pernah lihat dia lagi." Tanya Terra tiba-tiba. Entah kenapa dia penasaran dengan Reyya yang tidak kelihatan batang hidungnya sama sekali. Padahal restorannya masih berdiri dan ramai dikunjungi.

"Pulang ke Perancis. Restoran itu sudah resmi aku beli. Dia tidak punya hak apapun lagi yang menyangkut dengan BluBelle." Jawab Dion santai.

"Dia mau aja restorannya dibeli?"

"Mau tidak mau," Dion berdecak kesal kemudian menatap Terra. "Kenapa tiba-tiba kita jadi membicarakan dia?" Protes Dion.

"Aku penasaran aja kamu ngapain sampai-sampai dia bisa tidak berani lagi menunjukkan dirinya. Katanya pantang menyerah, tapi kenapa tiba-tiba hilang begitu saja."

"Rahasia, yang pasti cukup untuk membuat dia kapok dekat-dekat denganku lagi." Terra mencebik kesal. Mulutnya bergumam kecil karena tidak puas dengan jawaban Dion.

"Pelit banget nggak dikasih tahu." Kata Terra jengkel.

"Kamu sendiri tidak mau memberitahuku apa yang kalian bicarakan berdua saat itu. Aku yakin pasti ada sesuatu karena kamu langsung mengembalikan cincin pertunangan kita begitu saja waktu itu."

TerraCotta (Completed)Where stories live. Discover now