35. Kita

45K 5.3K 115
                                    

Happy reading, jangan lupa meninggalkan jejak di sini...
Instagram : @ellechelle_

***

Setelah mengakui perasaannya terang-terangan pada Terra, wanita itu malah menghindar. Terra mengusir Dion kembali ke Jakarta, padahal belum ada satu jam dia sampai di Bandung. Dion bersikeras ada disana, mengekor kemana pun Terra pergi seperti anak ayam yang menempel pada induknya.

         Mulai dari belanja beberapa makanan sebagai cemilan, makan siang, ikut menjelajahi hutan pinus, bahkan main air di pinggir sungai sekalipun. Aktifitas yang sangat bukan Dion sekali, tapi untuk Terra dia rela melakukannya.

         Mengikuti Terra seharian membuat dia tahu kalau Terra tidak suka keramaian. Wanita itu bisa seharian hanya membaca buku atau diam saja memperhatikan sesuatu. Bahkan sejak tadi Dion sama sekali tidak melihat Terra menggenggam ponselnya. Dia benar-benar melebur dengan alam, berbeda dengan Dion yang sesekali masih menerima panggilan telepon dan membalas beberapa email yang masuk.

         Bayangkan seberapa jengkelnya Terra seharian ini. Dion berubah menjadi lebih cerewet dan aktif dari pada biasanya. Bertanya tentang ini dan itu. Buku apa yang Terra baca, ada binatang buas atau tidak, bagaimana kalau mereka digigit ular nanti, dan masih banyak lagi pertanyaan yang menurut Terra tidak penting untuk ditanyakan.

         Setelah seharian yang membosankan, Dion tidak kunjung pergi juga. Dia malah bersantai nyaman di dalam tenda milik Terra yang muat menampung sampai empat orang. Setelah dipikir-pikir, tidak buruk juga berada disini. Ini kali pertama Dion bisa begitu dekat dengan alam. Sedekat itu sampai dia bisa melihat kodok melompat di hadapannya dengan jarak kurang dari satu meter.

         Terra masuk kedalam tenda dengan wajah yang lebih segar setelah habis mandi. Oh ya, ngmong-ngomong kamar mandi, ini juga yang membuat Dion sedikit risih. Tidak ada kamar mandi pribadi, adanya hanya kamar mandi umum, ya walaupun bersih juga, tapi tetap saja tidak punya privasi sendiri.

         "Bapak ngapain masih disini?"

         "Aku mau kemana lagi kalau bukan disini? Kan kamu disini." Dion merebahkan tubuhnya setengah duduk. Menyangga punggungnya dengan bantal sembari memakai selimut sebatas perut.

         "Ini kan tempat saya, Bapak cari tenda lain saja."

         "Buat apa? Ini masih muat untuk dua orang lagi, buang-buang uang saja." Dion ini kalau sudah mencari-cari alasan bukan main banyaknya. Terra sendiri bingung kenapa lelaki ini bisa berubah total pulang dari Surabaya.

         "Buang-buang uang, kemarin uangnya sengaja dibuang-buang. Sekarang cari-cari alasan. Semalam cuma empat ratus ribu doang. Biasanya juga Bapak kalau menginap di hotel semalamnya bisa dua jutaan paling murah." Cibir Terra kesal.

         Dia mengambil sisi lainnya disamping Dion, menjaga jarak mereka sejauh mungkin sampai dia mentok ke pojok tenda, kemudian ikut berbaring. Terra mengambil ponselnya. Dion sudah disini jadi dia tidak punya alasan mematikan benda pintarnya itu lagi. Baru juga dinyalakan, beberapa notifikasi langsung memberondong ponsel Terra.

         "Kemarin aku kelimpungan menghubungi kamu, sekarang malah kamu nyalain." Kata Dion tidak terima.

         "Ya kan saya males ngeladenin Bapak. Kalau Bapaknya udah disini ngapain saya matiin lagi? Kasian yang lain kan yang nyariin saya."  Dion tidak membalas, memberikan Terra waktu sendiri untuk menggunakan ponselnya yang masih juga tidak berhenti berbunyi. Milan jelas menanyakan kemana dia pergi karena tidak bisa dihubungi beberapa hari belakangan ini.

         "Terra lo kemana? Mau pulang bareng nggak?"

         "Kok nggak aktif nomornya Ter?"

TerraCotta (Completed)Where stories live. Discover now