53. BULAN?

1K 66 74
                                    

"Hebat juga lo masih bisa hidup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hebat juga lo masih bisa hidup."

Suara serak serak terdengar dari balik sambungan telepon. Mata Dermaga terbelalak, alisnya terenyit, tangannya menepuk-nepuk dadanya yang masih terasa sesak.

"Siapa lo, anjing?!" Umpat Dermaga.

Sialan! Panggilan itu tiba-tiba saja dia matikan. Geram, penasaran, marah kini bersatu didalam hati Dermaga. Jika tidak dia selesaikan masalah ini, Dermaga bakalan diteror terus menerus.

"Siapa, Ga?" Tanya Niko.

Dermaga menggeleng, memilih tidak menjawab pertanyaan dari Niko. Tangan Dermaga kini meraih pundak Niko untuk dijadikan tumpuannya berdiri. "Ga! Siapa?!" Tanya Niko lagi.

Cowok itu menatap Niko dalam, "Gue enggak tahu, dia kayaknya orang yang sama saat gue dikunci dikamar mandi." Terangnya.

"Dinda?" Tanya Megan.

Dermaga menggeleng, "Nggak mungkin kalau Dinda, dia aja masih di rumah sakit jiwa." Terang Niko.

"Belom keluar dia?" Tanya Megan memastikan.

Niko menggeleng, cowok itu mengambil posisi untuk membopong kedua lengan Aga. "Nggak, dia masih disana." Sambungnya.

Dermaga masih termenung, dia berjalan kecil yang dibantu Niko dan Megan disetiap sisinya. "Iya, kayaknya bukan Dinda." Terang Aga.

Niko mengernyit heran, mencoba memutar otaknya mencari jawaban yang lebih sulit dari soal matematika ini. Megan menghela nafas panjang, dia tidak mau menuduh sebenarnya tapi.

"Terakhir kali lo ada masalah sama siapa, Ga?" Tanya Megan tiba-tiba.

Dermaga menoleh kearah Megan, mencoba mengingat-ingat kejadian yang ditanyakan oleh cowok itu. "Masalah? Yang paling gue inget sama Dinda." Terangnya.

"Yang lain?" Tanya Megan lagi.

"Papa," jawab Dermaga lagi.

Megan menggeleng tidak setuju, "Nggak, nggak mungkin kalau Papa lo yang ngelakuin." Terangnya. "Coba cari siapa lagi, yang pernah cari masalah sama Lo?" Tanya Megan lagi.

Dermaga terdiam, sambil memperhatikan jalan yang ia lewati. Tangannya masih gemetaran karena kedinginan, matanya juga masih merah perih. "Ada, satu orang. Tapi enggak mungkin kalau dia." Aga bicara ragu.

Niko dan Megan menoleh secara bersamaan, keduanya menanyakan hal yang sama pada cowok itu didetik yang sama pula. "Siapa?!" Kompak mereka berdua.

"Dhito,"

"Kemarin saat kalian pulang dari rumah sakit, dia dateng. Gue tiba-tiba aja dipukul dari depan, alesannya karena dia ngira gue yang ngelakuin semua itu ke Ara." Terangnya.

"Tapi nggak mungkin kalau dia," terangnya.

"Kenapa?" Tanya Niko penasaran.

"Nggak tau," jawabnya asal.

DERMAGA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang