21. PENDAPAT BINTANG

1.7K 221 75
                                    

Baru pertama kali ini Ara menginjakkan kaki dirumah sahabatnya sendiri yaitu Bintang Antromeda

Hoppsan! Denna bild följer inte våra riktliner för innehåll. Försök att ta bort den eller ladda upp en annan bild för att fortsätta.

Baru pertama kali ini Ara menginjakkan kaki dirumah sahabatnya sendiri yaitu Bintang Antromeda. Gadis itu hari ini tidak masuk katanya sih sakit.

Dermaga dengan motor merahnya itu telah sampai dikediaman Bintang. Tak terlalu besar sih tapi seukuran lah sama rumah Ara. "Aga hati hati," ucap Ara melambaikan tangannya.

"Siap! nanti jangan lupa pesen taksi" pesan Dermaga.

Ara mengacungkan ibu jarinya lalu kembali melambaikan tangan ke Dermaga yang sudah jauh dari tempatnya ia berdiri. Dengan tas hijau toska-nya yang dia gendong Ara melangkahkan kakinya masuk kehalaman rumah Bintang.

Kaki Ara tiba-tiba terhenti, dari sakunya ada yang bergetar apalagi kalau bukan ponselnya. Benar saja itu notif dari Bintang. Gadis itu mengirim pesan jika dirinya sudah menunggu Ara diatas.

Ara mengangkat kepalanya, ia melihat gadis dengan piyama bewarna biru dengan corak bintang layak namanya sedang duduk santai dibalkon kamarnya. "Sini!" Lambai Bintang dari atas.

Ara mulai melangkahkan kakinya lagi. Dan dengan sopan mengetuk pintu rumah Bintang. "Tok!Tok!" ketuk Ara.

Tampak wanita paruh baya membukakan pintu rumah Bintang, kalau Ara menebaknya sih pasti Mama-nya Bintang. "Tante," ucap Ara menyium punggung tangan wanita itu.

"Kamu temannya Bintang ya?" tanya Wanita paruhbaya itu.

Ara mengangguk, dan dengan senyumannya wanita itu mempersilahkan Ara untuk menemui putrinya yang duduk dibalkon kamarnya. "Bintang ada dikamar, naik aja" ucapnya.

"Makasih tan."

"Iya,"

Dengan cepat Ara menaiki anak tangga yang lumayan banyak itu. Dan akhirnya menemui gadis yang tengah duduk memandang matahari terbenam yang sangat indah.

"Bintang!" panggil Ara.

"Sini duduk Ra," ucap Bintang.

Ara tersenyum iri kepada Bintang. Pasti enak rasanya memandang langit sore setiap hari. "Enak ya Bin, tiap hari lo kayak gini!" gumam Ara.

Bintang hanya tersenyum, dan sedikit kaget melihat kain yang terikat dikepala Ara. "Ra kepala lo kena apa?" tanya Bintang yang baru menyadari.

"Oh ini? Biasalah"

"Apa?" tanya Bintang serius.

"Gak papa Bin, cuma kebentur dinding tadi," bohong Ara.

"Serius Ra! Jangan boong!" ucap Bintang yang mengetahui Ara berbohong.

Ara mengehela nafas panjang dan berbicara sejujurnya pada Bintang. Tak bisa dipungkiri kalau Bintang marah mendengar penjelasan Ara barusan. "Apa gue bilang!" ucap Bintang.

"Apa?"

"Lo itu jangan mau deket deket sama Aga, gini kan akibatnya." ketus Bintang.

"Tapi Bin, Aga tuh baikk!" ucap Ara meyakinkan sahabatnya.

DERMAGA [END]Där berättelser lever. Upptäck nu