44. ANEHH

1K 84 17
                                    

Dengan langkah tetatih, Dermaga berjalan mendekat ke arah Kirana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan langkah tetatih, Dermaga berjalan mendekat ke arah Kirana. Cowok itu berusaha keras untuk menutupi luka diwajahnya tapi itu mustahil.

Kirana mendekat dengan wajah sedikit panik, "Loh? Wajah kamu kenapa?" tanya Kirana mulai panik saat melihat setetes darah merah mengalir dari sudut bibir Dermaga.

Kirana mengusap darah itu dengan perhatian layaknya anak kandungnya sendiri, "Kamu berantem? Sama siapa?" tanya Kirana.

Dermaga memilih tidak menjawab, wajahnya memaling kekanan tanda tak ingin melihat wanita paruhbaya itu sedih karenanya. "Aga enggak apa apa Tan—" ucap Dermaga terpotong.

"Eh, Ma." sambungnya.

Tak lama kemudian cowok dengan penampilan berantakan dengan luka diwajahnya mendekat dengan tatapan sinis. "Loh Dhito?!" tanya Kirana heran.

Kirana menatap Dermaga dan Dhito secara bergantian, dia tahu sekarang apa yang telah menimpa mereka berdua. "Kalian berantem?" tanya Kirana.

Wanita itu melepaskan tangannya dari wajah Dermaga, dan memilih menyilangkan tangannya ke depan perutnya hendak memarahi mereka berdua layaknya anaknya sendiri.

"Kenapa kalian berantem?" tanya Kirana menatap mereka tajam.

"Dia yang mulai duluan Ma," adu Dermaga.

Mata Dhito terbelalak, seumur hidup belum pernah tuh dia memangil Kirana dengan sebutan Mama padahal Dhito lebih dulu mengenal Kirana dari pada Dermaga.

"Hah?" gumam Dhito.

Kini tatapan Kirana berpaling ke Dhito yang tengah menatap Dermaga heran. "Kenapa kamu mukul Dermaga?" tanya Kirana.

Dhito menunduk, bak seorang anak kecil yang tengah dimarahin oleh ibunya. "Ara ditusuk sama nih orang kan, Tan?" tanya Dhito seenaknya sendiri.

Alis Kirana terenyit, tidak percaya apa yang dibicarakan Dhito. Bagaimana bisa anak itu berpikiran seperti itu. Sedangkan Dermaga menatap tajam Dhito bak singa yang sudah siap memburu mangsanya.

Dermaga memilih untuk membela dirinya. "Gue nggak mungkin nusuk Ara, bego!" seru Dermaga.

"Otak lo sebenarnya lo taruh mana sih?" tambahnya.

Dhito mengepalkan tangannya, sekuat tenaga dia mencoba menahan amarahnya. "Jangan bohong lo!" seru Dhito tidak percaya.

Kirana dengan keras menyangkal pertanyaan yang dilontarkan kepadanya tadi. "Bukan Dermaga yang ngelakuin, kenapa kamu bisa bilang sperti itu?" tanya Kirana.

"Dan dari mana kamu tahu kalau Ara sakit? Bukannya kamu udah pindah sekolah?" tanya Kirana bertubi-tubi.

Dhito terdiam, dia merogoh ponsel yang ada di dalam saku celana jeans yang ia kenakan. "Ini, Dhito diberi tahu ini oranng," ucap Dhito memberikan ponselnya ada Kirana.

DERMAGA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang