8. 💋 Someone you love 💋

Começar do início
                                    

"Viona...," ucapnya pada diri sendiri. "Lo tolol. Ini salah!" ucapnya lagi. "Rean sahabat lo. Mana ada sahabat yang ciuman sampai begitu?"

Di bawah guyuran air hangat malam itu, Viona sadar jika menyetujui rencana menjadi tutor ciuman pria itu adalah sebuah kesalahan yang Viona enggan akui, jika dia menyukai interaksi intim tersebut.

💋💋💋

Sesuai yang Rean rencanakan, dia sudah membuat jadwal akan mengajak Viona untuk camping di salah satu lokasi pegunungan di Bandung. Namun, rencananya gagal karena Viona merasa tidak enak badan saat mereka seharusnya berangkat. Beberapa hari lalu wanita itu gila-gilaan bergadang malam tanpa tahu waktu, benar-benar seharian penuh di depan laptop tanpa kenal lelah. Makan hanya seadanya, dia seperti sengaja ingin menghancurkan dirinya sendiri.

"Lo masih nggak enak badan?" tanya Rean yang berjalan mendekati ranjang wanita itu. Viona sendiri masih meringkuk dan bergelung dengan selimut di ranjangnya. Tubuhnya tumbang, asupan vitamin kurang, serta jam tidurnya berantakan. Dia seperti mayat hidup saat ini, tubuhnya yang kurus semakin terlihat kurus.

"Gue udah sering ngingetin jangan bergadang. Sekarang gimana kalau udah begini?" kata Rean, pria itu duduk di tepi ranjang setelah meletakkan penampan berisi semangkuk bubur ayam dan teh madu untuk Viona. Jika bukan Rean yang turun tangan mengurusi wanita itu, maka tidak ada yang akan memedulikannya.

"Sekarang bangun, terus makan, ya."

"Gue nggak lapar," balas Viona cuek. "Lo jangan batalin rencana camping itu. Lo harus pergi. Kalau nggak bisa sama gue kan ada temen kantor lo. Lo udah bela-belain ajuin cuti dari bulan lalu, Re. Sayang kalau nggak pergi."

Pria itu menggeleng, tangannya terjulur untuk meraih mangkuk bubur dan bersiap menyuapi Viona. "Terlanjur gue batalin. Bisa kita pergi lain waktu. Sekarang makan!"

Mau tidak mau, Viona bangkit dan menurutinya. Tubuhnya tidak panas karena dia tidak demam, dia hanya merasa lemas dan sangat stres. Seharusnya camping atau piknik ke tempat yang indah akan membuatnya lebih baik. Namun Viona tidak ingin melakukan apa pun selain tertidur di ranjang dari hari ke hari. Satu jerawat timbul di pelipisnya, efek stresnya sudah sangat jelas sekali.

"Apa kita perlu ke dokter?" tanya Rean setelah sendok yang dia julurkan di depan mulut Viona disambut baik oleh wanita itu. Namun, Viona menggeleng lemah, dia tidak mau semakin menyulitkan Rean dan bertingkah seperti beban.

"Gue baik-baik aja, abis makan bubur buatan lo juga bakal sembuh gue. Serius!"

Tidak ada yang dapat Rean lakukan selain mengembuskan nafas dan dengan sabar menyuapi wanita itu. "Kita jalan abis ini mau? Apa lo mau istirahat aja?"

"Ke mana?" tanya Viona setelah meminum teh madu.

Rean menaruh mangkuk kembali ke penampan dan menarik mug teh yang berada di tangan Viona. "Ketemu temen gue. Dia ngajakin ketemu mendadak."

"Ah, cewek yang lo taksir, ya!" tebak Viona asal-asalan. "Gue nggak perlu ikut kalau gitu."

"Bukan Vio!" sergah Rean sensi. "Sekalian cari angin. Bosen kan tiduran doang."

"Okay. Setelah kenyang, gue jauh lebih baik." Cengiran lebar wanita itu membuat Rean merasa sedikit lega. Setelah berganti baju dan memoles lipstik yang beberapa hari lalu diberikan Rean, Viona sudah siap mengikuti pria itu akan pergi ke mana.

30 menit berlalu, mobil yang dikendarai Rean berhenti di parkiran sebuah kafè klasik yang tidak terlalu padat malam ini. Rean masuk ke sana yang diikuti Viona di belakangnya. Mereka berjalan menuju meja di arah jam dua, wanita cantik nan anggun berblazer merah sedang duduk dengan tenang di sana sambil membaca majalah fashion.

How to kiss?Onde histórias criam vida. Descubra agora