46- DARK LIFE AFTER SHE LEFT

Start from the beginning
                                    

Saat sedang berada di London, sesibuk apapun pekerjaannya ia selalu menyempatkan waktu untuk berkomunikasi dengan anak laki-lakinya itu.

Sam menepuk pundak istrinya. "Mah, nanti kalau udah selesai makannya kamu bantu Saga siap-siap. Soalnya hari ini ada jadwal buat ketemu dokter Elen" ucapnya.

Agnes mengangguk seraya tersenyum.

"Aku ke bawah dulu ya"

* * *

"Selamat pagi dokter Elen" sapa Agnes, kemudian disusul dengan berjabat tangan dengan dokter Elen—psikiater yang menangani Saga selama ini.

"Selamat pagi juga Bu Agnes, pak Sam, dan Saga" balasnya dengan ramah.

Dokter Elen menatap Saga yang masih terdiam disamping mamahnya. "Saga, hari ini kamu ada pemeriksaan sama saya ya?" Dokter Elen hanya tersenyum saat Saga tidak menjawab pertanyaannya dan memilih untuk mengacuhkannya.

"Bu Agnes dan pak Samudra bisa tinggalkan Saga bersama saya. Pemeriksaan akan segera dimulai" Sam dan Agnes mengangguk, kemudian mereka keluar dari ruangan dokter Elen.

"Saga, silahkan duduk" ucap dokter Elen mempersilahkan. Saga hanya menurut.

"Gimana kondisi kamu sekarang Saga? Apakah sudah membaik menurut kamu?" Dokter Elen menatap Saga dengan tatapan teduh.

Saga menggelengkan kepalanya. "Masih buruk" sahutnya dengan dingin.

"Apa yang membuat kamu yakin kalau kondisi kamu buruk?"

"Suasana hati dan keadaan saya yang tidak bisa tenang. Apalagi Salsa tidak ada disamping saya" Saga menatap dokter Elen dengan tatapan kosong, wajah pucatnya serta ucapannya yang terkesan datar dan dingin membuat Saga benar-benar seperti mayat hidup.

"Kamu masih belum bisa bertemu dengan Salsa?" tanya dokter Elen walaupun ia tau bahwa Saga tidak akan bisa bertemu kembali dengan Salsa.

"Belum" Saga menundukkan kepalanya.

"Jika suatu saat nanti kamu masih belum bisa bertemu dengan Salsa, apakah kamu bisa melupakannya?"

Saga mendongakkan kepalanya, sorot matanya menajam menatap dokter Elen. "Tidak! Sampai kapanpun saya tidak akan bisa melupakannya" sentak Saga.

"Mengapa? Dia hanya sepupumu."

"Dia lebih dari itu! Salsa sudah saya anggap seperti adik saya sendiri!" Jawaban Saga membuat dokter Elen tercengang.

"Yakin? Apakah tidak ada perasaan yang lainnya?" Dokter Elen kembali bertanya.

"Dulu memang ada, tapi sekarang saya sudah mencoba melupakan dan merelakannya."

Dokter Elen menghembuskan nafas panjang kemudian ia tersenyum manis "Kamu hebat! Mencoba melupakan dan merelakan seseorang yang kita sayangi dan kita cintai itu sangatlah sulit, tapi kamu mampu melakukannya dengan kondisi kamu yang seperti ini. I'm very proud of you."

"Lalu, apakah masih ada rasa sayang ke dia?" tanya dokter Elen.

"Masih, tapi sebagai saudara tidak lebih." Dokter Elen menganggukkan kepalanya paham.

"Syukurlah, saya sangat senang mendengarnya" ucap dokter Elen.

"Kamu masih menyakiti diri kamu sendiri?" Tanya dokter Elen mengganti topik pembicaraan selanjutnya.

"Akhir-akhir ini saya sering melakukannya karena saya selalu merasa tidak tenang dan pikiran saya juga masih kacau. Saya tidak bisa mengendalikan diri saya sendiri" jelas Saga dengan raut wajah datarnya.

Dokter Elen terkejut. "Mengapa kamu melakukannya? Bukannya saya sering memperingatkan bahwa itu bisa membahayakan diri kamu sendiri?" Tanya dokter Elen dengan nada sedikit meninggi karena terkejut.

"Setiap kali saya melakukannya, perasaan saya bisa menjadi lebih tenang. Menurut saya itu bisa menyalurkan rasa sakit, rasa tertekan saya terhadap suatu hal. Jadi saya bisa melupakan sejenak rasa sakit saya" Saga berucap tanpa ekspresi diwajahnya.

"I know, but it's dangerous. Kamu harus berusaha untuk tidak melakukan hal itu lagi apapun kondisinya. Kamu bisa mengganti kebiasaan itu dengan menulis sesuatu di buku diary atau di handphone kamu."

"Saat kamu menulis ataupun menceritakan sesuatu di buku diary itu kamu akan merasa bahwa kamu mempunyai teman, dengan begitu kamu juga disibukkan dengan urusan menulis sehingga bisa melupakan kebiasaan menyayat pergelangan tangan kamu." Dokter Elen melirik sekilas ke arah tangan Saga.

Saga terdiam. Ia menatap dokter Elen dengan tatapan sulit diartikan. "Saya akan mencobanya walaupun pasti sangat sulit." Dokter Elen bernafas lega setelah mendengar itu.

"Kamu pasti bisa! Saya percaya kamu itu orang yang hebat, Saga. Kamu harus berusaha untuk kesembuhan kamu walaupun itu butuh waktu. Saya akan tetap disini, membantu kamu sebisa mungkin agar kondisi kamu jauh lebih baik dari sekarang." Dokter cantik itu tersenyum menyemangati.

"Satu lagi pesan saya, memang melepaskan orang yang kita cintai itu susah, tapi kamu harus berusaha. Kamu harus menerima bahwa dia memang bukan ditakdirkan untuk kamu. Ikhlaskan, jika dia pergi dari hidup kamu. Kelak akan ada seseorang yang akan menggantikan posisinya dan menyayangi kamu lebih dari apapun. Percaya sama kata-kata saya. Kamu orang hebat, pasti orang yang akan mendampingi kamu kelak juga tidak kalah hebatnya."

•To be Continued

* * *

Part khusus Saga dan dokter yang menanganinya:)

setelah sekian lama nggak muncul, sekali muncul malah kaya mayat hidup, siapa lagi kalau bukan SAGA! wkwk.

Maaf kalau ada kesalahan dalam penulisan chapter ini ya pren:( saya memang penulis awam yang kurang pengalaman.

Makasii buat kalian yang selalu mampir di lapak ini! Love you banyak-banyak 🤍🤍🤍

Jangan lupa follow, vote sama komennya hihi terimakasiii <3

See you next chapter 💘

REVANZA (END)Where stories live. Discover now