⠀⠀37. Ayang

480 47 14
                                    

Dibalik gemasnya mencubit dan mengaduk pipi anak kecil hingga si buah hati menangis, terdapat tanggung jawab besar yang menanti kedua orangtua di saat itu juga, hingga masa depan nanti

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dibalik gemasnya mencubit dan mengaduk pipi anak kecil hingga si buah hati menangis, terdapat tanggung jawab besar yang menanti kedua orangtua di saat itu juga, hingga masa depan nanti. Bagaimana segala hal yang ada dalam diri anak, dibentuk dengan faktor utama yakni orangtua.

"Kamu mau punya berapa anak?"

"Semampu kamu, Uga." Dia melirih, sembari tersenyum manis.

Sedangkan tunangannya menatap bingung. Tanda tanya besar seakan tercetak keluar dari kepala. "Kenapa jadi semampu aku?"

"Ya karena meskipun kita berdua yang bakal besarkan sama-sama, tetap aja kehamilan dan repotnya menyusui itu cuman dirasain sama kamu, sayang. Aku gak tega kalau kamu kecapean."

Pipi wanita yang tadinya memerah karena polesan blush on, kini makin dibuat merah oleh karena rasa senang dan terharu yang bergabung jadi satu.

"Terima kasih."

"Sama-sama, Ugaku tersayang," balas Tera pun merentangkan tangan dan segera menarik tunangannya dalam pelukan erat.

Percakapan dua tahun lalu yang tercipta antara insan itu tinggal kenangan manis--atau mungkin kenangan pahit di memori. Banyak hal bisa terjadi, banyak juga yang hanya tertahan di angan-angan. Mereka hanya mampu mencakapkan perihal anak, tanpa benar-benar merasakan bagaimana menjadi orangtua.

Kini mereka saling diam menatap Natya Astakoma.

Dua orang yang pernah merasakan manisnya percintaan, kini harus berpura saling cinta akan ide tentang hubungan mereka di mata seorang gadis kecil. Gadis kecil yang nyatanya sedang dibodohi oleh romansa pelik mereka--Terala Suryanitas dan Uga Janaira..

Karena hubungan mereka sudah selesai beberapa saat lalu, meski menyisakan ketidakrelaan seorang pria yang kini terduduk merenung.

"Om Tera, Natya mau peluk."

Erangan gadis yang tengah sakit demam tinggi itu dibalas baik oleh si yang dipanggil. Terala sempat melirik Uga yang juga duduk di ujung ranjang bersamanya, sebelum kedua tangan pun terbuka lebar dan membawa Natya ke dalam pelukan.

"Kok bisa ngigau Om sama Kak Uga?"

Natya tersenyum kecil pada tanya Terala.

Meski demikian, si kecil tak kunjung menjawab dan hanya membenamkan wajahnya pada dada Terala. Berdiam dan membiarkan Tera mengelus rambut hitam panjangnya dengan perlahan.

Uga yang sementara itu hanya diam pun ujung-ujungnya membuka suara. Berujar tanpa memandang barang sedetikpun wajah sang mantan.

"Aku buatin bubur. Kamu disini bareng Natya."

Tak menunggu balasan Tera, Uga bergegas dari ranjang Natya, lalu berjalan menuju dapur yang berlokasi tak jauh dari sana.

"Yer, bubur Natya ada gak?"

The Last Person ✓Where stories live. Discover now