⠀⠀18. Pasangan yang Mendua

589 69 46
                                    

"Iya Mami, janji gak bakal-"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Iya Mami, janji gak bakal-"

"Gausah panggil-panggil Mami, kalau kelakuan kamu becus kayak begini. Tega banget sih kamu gak ngabarin kondisi Yera."

"Maaf-"

"Kamu ngurusin istri aja gak pintar. Gimana Mami bisa percaya kamu lagi buat mimpin perusahaan di periode kelima? Tolong dong, Juna. Otaknya dipake."

"Iya, maaf."

"Sebentar malam kita ketemu. Bawa Yera ke pesta ulang tahunnya Ayudia. Bisa?"

"Tapi dia masih sak-"

"Bawa aja. Kamu bisa nurut Mami gak? Jangan pake bantahan lagi. Bisa?"

"Iya, bisa."

"Oke, Mami tutup teleponnya."

"Terima ka-"

Permulaan pagi yang buruk.

Sudah jelas Juna tidak akan merasa baik-baik saja, jika kondisi sang istri malah sulit dia ketahui. Permasalahan pertama yang sebenarnya sederhana adalah mengabari keluarga Yera, bahwa wanita itu sakit dan dirawat namun sudah pulang dengan rasa lebih baik. Dia tidak melakukannya-mengabari keluarga Yera. Maka ketika ponselnya pagi itu ia nyalakan, rentetan panggilan dari sang mertua langsung menghantam kedua belah mata.

"Kenapa bisa lupa begini sih?"

Juna berusaha merelakan kebodohannya. Lagipula semua telah terjadi. Yang sekarang perlu dipikirkan, adalah bagaimana ia membawa Yera ke pesta ulang tahun Ayudia.

Untuk sebuah percakapan formal, Juna cukup bagus dengan mengobrol tentang kedekatan Ibu Ayudia dan mertuanya-Mami Yera. Meskipun secara tersirat ia bicara, Juna yakin Ayudia bisa mengambil benang kesimpulan.

Ketukan pintu kayu beradu denqan kepalan tangan dari luar, mengharuskan Juna balik ke dunia nyata.

"Silahkan masuk."

"Permisi."

Derap langkah sepatu hak menjadi interupsi pertama dari si pemasuk ruangan. Lama-lama menatap, Juna semakin dibuat terpikat. Tapi tetap saja, apa maksud kedatangannya?

"Aku datang bukan buat ketemu kamu, tampan."

Setelahnya ia menyengir. Tawa pelan di bibir ranum itu menciptakan desiran darah yang memompa begitu banyak dalam tubuh Juna. Mata lelaki itu hampir-hampir ingin ia congkelkan keluar.

The Last Person ✓Where stories live. Discover now