Epilog

1.1K 50 39
                                    

"Kamu mau aku pesan apa?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kamu mau aku pesan apa?"

Yera yang bergerak gelisah di atas kursi mendapat tatap heran dari Rea Rasi Bintang.

"Yera."

"Oh? Samaan aja kayak kamu."

"Oke, bentar."

Pria bertubuh tegap dengan balutan kemeja bermotif garis-garis biru dan celana denim hitam itu bangkit berdiri pun menuju ke kasir untuk menyerahkan menu yang mereka pesan.

Setelah berbicara sekitaran menit hingga proses pembayaran, waktu tunggu makanan datang dipakai Rea untuk kembali duduk ke kursinya. Yera tak menyambut seperti biasa, hanya senyum tipis dan kedua tangan terus memainkan cincin jari manis.

Rea meringis melihat perbuatan demikian.

"Yera, aku mau bilang sesuatu."

"Apa?" Balasnya cepat.

"Lusa aku berangkat ke New York."

"Kerjaan yah?"

Rea mengangguk. "Iya. Kamu gak apa-apa kan ditinggal sendiri?"

"Iya, gak apa-apa."

Percakapan singkat yang tampak tak tulus untuk dilaksanakan itu berakhir juga. Yera masih menatap ragu cincin di jari manisnya, sedangkan Rea telah beralih fokus ke layar ponsel.

"Dua nasi goreng udang dan dua gelas es teh." Seorang pramusaji datang membawa hidangan, mengakibatkan saling diam itu agak hilang. Yera menggeser tasnya dan tas laptop Rea ke sudut meja, agar si pramusaji bisa meletakkan makanan mereka dengan baik.

"Terima kasih," kata Rea dengan senyum lebar.

Sejenak Yera menatap hidangan mereka. Aroma khas seafood membaur ke indra penciumannya. Wanita itu langsung bermuram durja.

"Kenapa pesan nasi goreng?"

"Katamu tadi samaan kayak aku," sanggah Rea pun sudah menyantap makanannya duluan.

"Aku gak suka."

"Mau pesan lagi?" Tawar lelaki itu dengan lembut.

"Gausah," jawabnya singkat sambil geleng-geleng kepala.

"Sebenarnya, kamu mau apa?"

"Kenapa gak bisa cinta aku aja, sih?" Cerocosnya lepas juga.

Rea menghela napas kasar. Dia seruput es teh dengan pelan lalu membuka suaranya. "Kamu yang bilang sendiri, kalau aku cuman jadi pelarian dari pernikahanmu yang udah di ujung tanduk itu."

"Kamu juga yang bilang, kalau kamu bakal pertemukan aku sama Uga dalam kondisi yang lebih baik setelah kamu bisa lepas perasaan dari Juna." Dia menambahkan dengan sendu.

Guratan di jidat makin kelihatan jelas. "Maaf. Dari awal pun aku gak mau menaruh harapan besar ke hubungan ini. Kamu hanya bisa aku anggap teman dekat, Yera. Waktu tahu kamu mempertimbangkan untuk mediasi sama Juna, aku malah senang karena semuanya bakal membaik."

The Last Person ✓Where stories live. Discover now