⠀⠀36. Temu Terakhir

492 43 11
                                    

Bibir ranumnya terkatup, membiarkan kedua tangan kurus menariknya ke suatu tempat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bibir ranumnya terkatup, membiarkan kedua tangan kurus menariknya ke suatu tempat. Masih di restoran yang sama, hanya berbeda lokasi duduk. Dan Uga masih terus diramu penasaran hingga kedua maniknya mengendur akibat penampakan didepan mata.

"Supporter?"

Gadis itu menatap kedatangan dua orang yang sangat ia kenal. Yang dikenal dari sisi baik dan jahat mereka berdua. Ia kira Yera datang sendirian, malah tiba-tiba membawa sosok lain dalam genggaman tangan yang terhalang oleh meja berkain restoran.

Yera mempersilahkan Uga untuk duduk disampingnya. Bertiga sudah saling berhadapan. Satu dengan alis berkedut, satu dengan gigitan bibirnya, dan satu lagi yang terus memainkan delikan mata kekiri juga kekanan.

"Korban."

Ayudia berdecih. "Korban? Jelas-jelas saya disini jadi korban kalian, ibu."

"Maka dari itu, saya bawa Uga yang kebetulan ada di restoran ini," timpal Yera melanjutkan.

"Saya akui saya salah. Namun dengan membalas perbuatan Uga dengan rumor murahan yang bawa-bawa nama dia, pun kamu kirimkan ke saya foto itu, tidak menyelesaikan apa-apa, Ayudia."

"Kita gak bakal bebas kalau kita masih terkekang dalam masa lalu."

"Oh ya?" Sorot matanya tampak tak senang dengan ucapan Yera.

Ayudia lalu memalingkan pandangan kearah Uga. Wanita itu menatap diam, tampak membiarkan perempuan disampingnya dan Ayu melarutkan diri dalam dialog panjang.

"Kamu."

"Seharusnya kamu tahu diri, Ibu Uga," erangnya pun tersenyum pahit.

"Tolong tahu posisi kamu. Kamu itu penghancur hubungan orang. Kamu yang dengan gak tahu malu malah hancurin orang-orang hanya karena sakit hati."

Uga membiarkan ucapan itu terus berlanjut sedemikian yang ia terka di kepala.

Dia tahu bahwa dia salah besar.

Tanpa disadarinya pun, perbuatan itu melukai dirinya. Merusak imej yang sejak lama ia bangun sebagai seorang tegas dan cuek bebek akan kehidupan sekitar. Membuang hardikan yang selama ini melingkupi Uga. Kemudian memperjelas sisi dirinya yang juga butuh kasih sayang.

Sebagai manusia biasa, mana mungkin Uga diam saja melihat kondisi hubungannya?Sang tunangan--Terala--yang sudah tinggal serumah dengannya, berselingkuh dengan perempuan yang adalah istri dari sahabatnya.

"Kamu adu domba saya, agar saya benci Ibu Yera. Padahal kamu yang sebarkan rumor begitu." Kini napasnya makin tak teratur. "Inget yah, rumor buruk sekecil apapun pasti akan ketahuan juga. Dan sudah jadi kenyataan, kalau kebencian biasanya lebih cepat merebak dan buat orang salah paham."

The Last Person ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang