⠀⠀24. Bernyanyi bersama Patah Hati

380 57 11
                                    

Sejak berpacaran diam-diam bersama Dion dengan tanpa restu sang ibu, gadis itu sering membawa kendaraan beroda empatnya ke kantor

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejak berpacaran diam-diam bersama Dion dengan tanpa restu sang ibu, gadis itu sering membawa kendaraan beroda empatnya ke kantor.

Pasalnya, Maharani akan menangkap basah jika Ayu pulang dengan diantar Dion. Ia pun tak mau kejadian terkait membandingkan harta dan persoalan mobil Dion yang jauh dari standar ibu, menjadi perkara mutlak yang terus dibahas oleh wanita paruh baya itu.

Pagi datang bersama mentari.

Bersiap dan mengendarai mobil, gadis berbalutkan kemeja putih dan celana kain dengan warna yang sama dengan tasnya itu--cokelat muda, tiba juga di kantor.

Ia masuk ke dalam gedung pun menuju lift dan selang beberapa saat akhirnya sampai di lantai tempat sehari-hari bekerja. Ayudia kemudian terheran menatap ponselnya pagi itu. Baru keluar dari lift, langsung mendapati pesan baru yang terpampang jelas di layar ponsel. Gadis itu membalasnya tanpa komat-kamit.

Hanya dengan waktu singkat, ia kembali memasukkan ponsel kedalam tas dan berjalan menuju ruangan kerja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hanya dengan waktu singkat, ia kembali memasukkan ponsel kedalam tas dan berjalan menuju ruangan kerja. Matanya tanpa sengaja menangkap sosok cantik bermata merah nan bengkak. Kerutan dahi pun muncul.

"Selamat pagi, Ibu Uga."

Wanita yang disapa itu hanya memberi tatapan mengekor lalu kembali menatap pada layar laptop--tampak mengetik banyak hal disana.

"Tumben. Ada apa?" Ajak Uga berbicara. Dia agaknya risih dengan kedatangan Ayudia pagi itu di mejanya. Ingin menyapa atau bagaimana? Kenapa berdirinya lama sekali disitu?

"Itu bu, saya mau tanya...hmm.....matanya kok merah banget? Bengkak juga. Apa perlu saya beliin obat di apotek? Sepertinya Ibu Uga lagi sakit," jelas Ayudia dengan segudang kosakata, sembari menunjuk kedua manik Uga dengan jari telunjuk.

Uga tersenyum dan menaikkan tangan pun menampakkan telapak kedepan gadis itu. "Saya gak apa-apa, Ayudia. Jangan ditanyakan yah."

"Tapi mata Bu Uga merah banget. Sakitkah atau, baru nangis?" Ia malah khawatir dengan balasan Uga.

Bukankah semua orang suka berdalih tentang perasaan yang mereka alami?

The Last Person ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang