Kretek!

"AAAA, penculik!" Ellie berlari kencang ketika melihat siluet orang misterius yang baru saja bersembunyi di balik tiang listrik yang besar setelah menginjak sebuah botol bekas yang terlantar di jalanan.

Gadis itu bahkan hampir melewati rumahnya karena terlalu cepat berlari. Ia segera membuka gerbang dan berlari masuk.

Sosok yang mengikuti Ellie itu keluar dari balik tiang listrik. Ia mendengkus geli, dan menarik ujung bibirnya.

"The kidnapper who will one day steal your heart, huh, Ellie?" ujarnya tersenyum smirk.

*****

"Eh guys, lo pada tau kagak?"

"Gak, lo aja belum ngomong."

"Gue tanya dulu biar kalian kepo."

"Gak ada yang mau kepo sama lo."

"Iya deh, kepo gak berlaku buat lo yang paling tau segalanya!" cibir Ellie memandang sengit wajah Silva dari layar laptop.

Silva tertawa keras lalu mengibaskan rambutnya, bergaya. "Silva gitu loh! Kunci dari segala rasa penasaran!"

Ellie hanya memutar kedua bola matanya jengah. "Gue cuma mau cerita, kalo tadi di bus ada yang makein gue topi. Anehnya pas gue liat dan gue tanya, gak ada satu pun orang yang ngaku."

Berta yang tadi sibuk menunduk entah menatap apa itu langsung mendongak menatap kamera. "Topi? Coba liat kayak gimana."

"Hooh, liat dong, Ell! Siapa tau itu topi gue yang terbang nyamperin lo."

"Mana bisa topi terbang. Bego lo," cemooh Berta.

Ellie mengambil topi yang ia letakkan di atas kasurnya dan kembali duduk di meja belajar menghadap laptop.

"Nih, topinya polos sih, tapi ada jahitan huruf 'B' di dalemnya." Gadis itu menunjukkan bagian dalam topi membuat Berta mengangkat alisnya.

"Jangan-jangan punya lo, Bert?" tanya Ellie. Siapa tahu, kan? Walaupun nama dengan awalan huruf tersebut sangat banyak.

Berta menggeleng tegas. "Bukan! Emang lo liat ada gue di bus itu, ha?"

"Ya nggak sih," ujar Ellie.

"Awas lo, Ell. Kalo itu punya dedemit gimana?" tebak Silva menakut-nakuti.

"Demit punya topi? Ngayal mulu lo," cibir Berta membuat Silva manyun.

"Gak mungkin lah, Sil. Kalo pun demit, palingan demitnya itu lo?" sahut Ellie lalu terkekeh.

Silva menye-menye. "Oh iya, guys. Siap-siap hari Sabtu nanti, semoga kalian gak kaget kalo gue peringkat satu, yaha!" celetuknya percaya diri.

"Halu teros! Gue yang peringkat nanti lo kena mental!" Berta tertawa meledek.

"Heh, PD banget kalian. Gue lah yang bakal peringkat satu! Ellie kan pintar." Ellie menyugar rambutnya, setelah itu menaik turunkan kedua alisnya. "Doa aja lah sama Tuhan, semoga sekelas yang juara satu ada tiga orang. Biar kagak debat!"

"Gak gitu juga konsepnya, Buk lurah! Enak aja kalo nyeletuk." Mereka akhirnya tertawa.

"Ketawanya jangan lebar-lebar, By," rengek seseorang dari arah kamera milik Berta.

Silva dan Ellie terdiam mendengar itu, sedangkan Berta terlihat gelagapan dan menundukkan kepalanya seperti sedang berbisik.

"Hayo, Berta, lo sama siapa tuh? Suara cowok."

"Berta diem-diem punya doi! Kenalin elah!"

Berta hanya mendengkus. "Kepo banget lo pada."

"Lo masih sama kak Ares?" tanya Silva. Berta memang pernah menjalin hubungan pacaran dengan Ares, kakak kelasnya.

Berta menggeleng. "Gue matiin dulu ya, doi gue lagi mode manja."

"Siapa yang manja, hm?"

Debruk!

Cup

Cup

Cup

"AAAA. BERTA GILAK! ITU KAK RIGEL?!"

"WHAT THE F*CK?!"

Tut!

Sambungan dari Berta terputus setelah terlihat seorang cowok mengecupi pipi Berta betubi-tubi hingga membuat ponsel gadis itu sepertinya terjatuh.

Ellie dan Silva saling pandang dengan pandangan yang syok. Tak menyangka mereka melihat kakak kelasnya yang menjabat sebagai ketos dan bersifat dingin mempunyai hubungan dengan Berta? Setelah Berta putus dari kembaran cowok itu sendiri.

Ini.

Gila.

Sungguh!

"Ell, besok kita harus introgasi tuh bocah!"

*****

-to be continue-

mau sungkem dulu sama mbak Berta🛐

btw, i'm sorry guys, kemarin gak update karena sibuk nyiapin chapter selanjutnya yang perlu ekstra ngefell.

Jangan lupa tinggalkan jejak:>

insta: strawwmilkyyy__

BRATAजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें