Suara bus berhenti di depan halte membuat kepala Ellie mendongak. Gadis itu segera memakai kembali tasnya yang sempat ia pangku. Lalu ia masuk ke dalam bus dan celingukkan mencari tempat duduk yang kosong.

Ellie menghela nafas panjang. Tidak ada tempat duduk sisa, semua penuh. Bahkan yang berdiri saja banyak. Ellie terpaksa harus ikut berdiri meskipun berdesak-desakkan.

"Yah, lowbet lagi," ujar Ellie ketika ingin memainkan ponsel tetapi ponselnya mati.

Bus mulai berjalan setelah dirasa orang yang menunggu di halte semuanya sudah masuk.

"Eh-eh?" Ellie sontak terkejut begitu merasakan sebuah topi kini melingkar di kepalanya. Gadis itu menoleh ke kanan.

"Mas, ini topinya Mas yang pakein?" Orang yang di sebelah menggeleng.

Ellie bergantian menoleh ke kiri. "Ini punya Mbak, bukan?"

"Bukan, Neng." Lalu Ellie menoleh ke belakang. Melihat sosok cowok dengan slayer merah menutupi mulut yang berdiri dengan pandangan menatap lurus ke arah lain.

"Maaf, ini topi punya Mas, bukan?" tanya Ellie. Ia hanya merasa bingung karena mendadak ada yang memakaikannya topi tetapi tidak ada yang mengaku siapa orangnya.

Sosok dengan slayer merah dan jaket kulit hitam itu hanya melirik Ellie. Mata biru gelapnya mampu membuat Ellie tertegun.

"Bukan," jawab cowok itu singkat. Matanya kembali lurus menatap jalanan lewat jendela bus.

Ellie memanyunkan bibirnya dan kembali menghadap ke depan. Ia melepas topi yang melingkari kepalanya untuk melihat lebih jelas lagi bagaimana tampilan topi tersebut.

Topi hitam polos dengan sebuah jahitan huruf 'B' yang baru saja Ellie temukan di bagian dalam.

Ellie menggigit bibirnya. Bagaimana ini? Nanti jika ia bawa pulang, orang yang mempunyai topi itu akan mencari.

"U-udah bawa aja, Mbak. Itu kayaknya topinya emang buat, Mbak," ujar lelaki yang tadi berdiri di sebelah Ellie.

"Kenapa Mas bisa tau kalo topi ini buat saya? Jangan-jangan Mas tau siapa yang makein ini ke kepala saya? Siapa orangnya, Mas?"

"Sa-saya gak tau, Mbak! Beneran deh." Lelaki itu mengangkat jarinya membentuk gestur peace.

Ellie menatap curiga pada laki-laki itu. "Mas kenapa gugup gitu? Padahal saya gak bakal gigit!"

Laki-laki tadi hanya menggeleng sembari melirik sosok yang berdiri di belakang Ellie.

Tak terasa bus sudah berhenti di halte depan gang komplek perumahan Ellie. Ellie yang merasa sudah sampai pun memilih keluar setelah membayar.

"Duh, topinya gue bawa gitu?" monolog Ellie sembari berjalan untuk menuju ke rumahnya.

Ellie merasa ada yang mengikutinya dari belakang. Gadis itu berhenti sebentar, lalu menoleh. Alisnya mengernyit, tidak ada siapapun.

Ellie seketika merinding. Apa mungkin ada penjahat yang mengikutinya seperti di film-film? Ellie sontak menggeleng tegas berusaha menghapus pikiran buruk.

BRATAKde žijí příběhy. Začni objevovat