40

894 98 9
                                    

"Status kita cuma sebatas komitmen dan hari ini komitmen itu udah gak ada artinya lagi"

_ Felisa Keyra Aldevira_








Happy Reading.

***




Raka mengendarai motor kesayangannya memasuki area sekolah, mencari parkir yang masih lenggang diantara kendaraan roda dua lainnya.

Hembusan napas berat meluncur, hari ini ia berangkat sendiri tidak seperti biasanya.

Dirinya masih kesal pada Aruna soal kemarin sore maka dari itu ia memutuskan tidak menjemput pacarnya itu daripada berakhir dengan pertengkaran di pagi hari.

Mungkin nanti ia akan berbicara mengenai permasalahan diantara keduanya setelah sedikit lebih tenang.

Deru mesin kendaraan yang baru datang mengalihkan fokusnya, matanya menyipit tatkala seorang gadis turun dari atas motor yang dibonceng seorang laki-laki.

Tangannya terkepal kuat melihat bagaimana cowok itu membantu melepaskan helm si gadis bahkan dengan berani mengelus pipi gadis itu lembut.

Tatapan penuh damba dengan senyum lebar yang cowok itu pamerkan dibalas pula dengan senyuman milik gadis pemilik pipi chubby, bahkan ia tak menolak ketika dielus pipinya.

"Sialan, emang gak bisa di biarin ini!" geram Raka menghampiri dua insan manusia itu.

Dengan mata merah membara ia melayangkan pukulan dengan keras menghantam wajah cowok yang berhasil membangkitkan amarah dalam diri.

"Ditya!" pekik gadis itu terkejut.

"Berani-beraninya tangan lo nyentuh Aruna dan lo lancang banget ngajak jalan cewek orang tanpa izin." damprat Raka pada cowok yang memegangi pipi kirinya.

Ditya menatap sinis Raka, laki-laki tidak punya etika datang entah dari mana dan langsung menghajar dirinya.

"Emang kenapa kalau gue ngedeketin Aruna toh lo bukan siapa-siapa sok ngatur banget" cibir Ditya.

Raja Ditya Adijaya tempat kecil Aruna menatap remeh laki-laki sok pemberani di depannya, lihat saja tampang cowok itu bisa bisanya berlagak melarang ia mendekati Aruna.

"Gue pacarnya!" tegas Raka.

"Hahahaha anjir mimpi lo ketinggian modelan kaya lo ngaku jadi pacar Aruna, lo kira gue percaya gitu. Gue akan tetep deketin Aruna karena jelas dia lebih layak bersanding sama gue" Ditya tersenyum sinis.

"Lo-"

Kepalan tangannya terangkat ingin menghantam mulut laki-laki di depannya penuh emosi.

Bugh

Raka meninju sudut bibir Ditya hingga mengeluarkan cairan kental berwarna merah.

"Raka stop jangan kekanakan!" lerai Aruna gadis itu menatap prihatin sahabatnya.

"Kamu kalau ada masalah ngomong baik-baik gak usah pakek kekerasan, banci tau gak" marah gadis itu.

"Lo belaian dia hah!" sarkas cowok dengan alis tebalnya.

"Lebih baik kamu pergi dari sini, nanti kita bicara" ujar Aruna tidak ingin berdebat.

"Fine, terserah lo gue gak peduli, puas-puasin sayang sayangannya gak usah main api di belakang gue" sinis cowok itu lalu pergi dengan kemarahan.

Raka menahan hati yang berdenyut perih tadi sebelum berangkat Ayahnya memberi ceramah agar meniru kedua kembaranya, saat ingin sarapan bundanya memperingati tentang bersopan santun.

I'm Just Hurt Where stories live. Discover now