2

1.5K 152 9
                                    

"Perpisahan yang kau maksud mungkin mendatangkan bahagia untukmu. Namun, meninggalkan luka pada relung hatiku"

_Raka Derana Kanagara_


Happy Reading.

***

Perpisahan menjadi awal mula kesepian dalam hari-hari anak berusia duabelas tahun itu.

Meskipun dirumah tempat nya bernaung saat ini ada satpam yang berjaga juga asisten rumah tangga yang bekerja di sana, namun pembantu yang biasa dipanggil bik Sari itu, tak menetap di rumah besar tempatnya bekerja sebab beliau memiliki keluarga yang harus ia urus katanya, rumahnya juga tak jauh hanya melewati beberapa komplek saja.

Kesunyian sungguh hal yang anak laki-laki itu takuti, entah apa penyebabnya yang pasti ia takut akan kesunyian dan kegelapan.

Anak itu sangat menakutinya.

Saat tidak ada cahaya yang menerangi ia merasa ada sesuatu atau mungkin benda hitam yang memperhatikan nya. Wajar saja jika anak seusianya merasa parno akan hal-hal seperti itu.

Namun tampaknya Raka anak laki-laki itu harus terbiasa akan hal tersebut, mengingat mulai saat ini dirinya hanya sendirian tanpa keluarga atau apapun itu.

Keputusan besar yang diambil kedua orang tuanya berhasil membuat goncangan besar bagi jiwa Raka.

Saat sebuah kata lain yang menjadi ketakutannya terjadi tepat di hadapan anak itu sendiri berhasil menampar telak dirinya.

'Perpisahan' Raka bukan lagi bocah yang baru saja dilahirkan hingga dia tidak tahu apapun tentang makna kata itu, Raka adalah anak sekolah menengah pertama yang mengerti dengan apa 'perpisahan' itu dimaksudkan. 

"Raka takut sendirian, Tapi kenapa kalian tinggalin Raka sendirian, disini gelap dan sunyi Raka takut" lirih anak itu mulai terisak kembali.

Mereka bilang Raka kuat tapi di sisi lain. Raka juga lemah.

Mereka bilang Raka itu hebat namun dia juga rapuh, mereka selalu berkata Raka itu mandiri namun dilain sisi dia manja.

Bukan hanya tentang bagaimana cara anak itu tersenyum namun lihatlah juga bagaimana caranya dia menangis.

"Kalian pergi jauh ninggalin Raka di rumah ini, " pedihnya lagi.

Anak itu kira keluarga yang ia rasakan adalah paling harmonis dengan penuh canda tawa di setiap waktu, tetapi itu salah pemikiran akan keluarga harmonis dipatahkan begitu saja oleh kedua orang tuanya.

Disaat sebuah surat di layangkan pada ibunya tepat ketika Raka baru saja pulang sekolah.

Bahkan dengan senyum seorang yang menjadi ibu kandungnya nya menorehkan tinta hitam itu.

Seolah tidak ada rasa sedih ataupun sesal mereka berjabat tangan lantas berkata.

"Selamat"

Raka bisa melihat dengan jelas jika selamat di hari itu  dimaksudkan adalah selamat atas perpisahan keduanya. 

Bahkan setelahnya kedua orang dewasa itu memperkenalkan dua orang dewasa lainnya kepada ketiga anak kembar yang berjarak hanya beberapa menit saja.

Dengan raut bahagia para orang dewasa itu berkata bahwa ketiga anak itu akan memiliki dua ayah juga dua orang ibu.

Haruskah bahagia?.

"Kenapa Raka harus ditinggal dirumah ini sendiri, Kenapa kalian gak ngajak Raka juga?" parau anak itu sesenggukan.

I'm Just Hurt Where stories live. Discover now