19

979 108 2
                                    

"Sebelum menjudge orang lain sebaiknya berkaca terlebih dahulu, apakah kita sudah lebih baik dari mereka atau belum!"

_Raka Derana Kanagara_







Happy Reading.






***




Berada di dalam ruangan yang diisi segelintir orang saja membuat suasana begitu mencekam. Ruangan yang paling dihindari terutama bagi mereka yang merupakan siswa teladan.

Mata elang seorang yang berstatus guru BK adalah hal yang membuat siap saja mati kutu dihadapannya seakan siap menerkam mangsa hidup-hidup.

Tapi itu tidak berlaku bagi 'dia' yang kini duduk manis memainkan vas bunga di atas meja yang berisi buku catatan pelanggaran. 

"Raka dan kawan-kawan, huftt bosan saya melihat kalian di ruangan ini"

Menghela napas lelah pria berkumis tebal itu terlihat sangat malas pada empat remaja yang menatap polos kearahnya. Ditambah empat orang gadis yang ikut duduk manis di ruangan seram itu.

Tadi setelah keributan di kantin terjadi para guru datang melerai kegaduhan.

Menggiring para pelaku kericuhan sehingga berakhir di ruang khusus siswa bermasalah.

Khusus Karel cowok itu di ajak ke unit kesehatan di temani Ayara sebagai 'Mantan' yang katanya masih peduli.

"Ya mau gimana lagi pak di sini nyaman dan adem makanya tempat ini jadi favorit saya" sahut cowok yang memainkan bunga palsu di meja.

"Iya terserah kamu deh, sekarang jawab pertanyaan saya?" lelah guru itu.

"Lah kita lagi kuis ya pak hadianya apa? saya mau makan gratis satu bulan pak untuk doorfrize nya" serobot Diki berangan-angan.

"Iss jangan pak gimana kalau doorfrize nya jam tangan rolex aja pak, soalnya tadi saya gak jadi dapat jam yang saya mau pak" ucap Ari semangat.

"Dih apaan lo mending hadiahnya kita gak usah belajar satu semester tapi nilai nya paling gede" timpal Aruna yang disetujui oleh sahabatnya.

"Ihh Aruna jangan dong Alin kan suka belajar, gimana kalau hadiahnya satu pabrik es krim aja Alin suka es krim" tolak Alin. Gadis ini sungguh tidak bisa diajak berkompromi jika urusan belajar.

Enggak Alin enggak Aryan sama sama gila belajar, untung saja Talita dia berbeda dia pintar tapi tidak suka belajar.

"ENGGAK!" seru mereka.

Alin mendengus memilih memainkan jemari Aryan yang hanya diam menyimak.

"Kalau saya gak muluk-muluk pak, cukup uang satu miliar aja saya terima dengan ikhlas pak" timpal Raka logis.

"Nah bener tuh uangnya bisa buat ke luar negeri ketemu suami-suami gue" kata Talita.

Pak Jagad sebagai guru BK memijit keningnya pusing menghadapi tingkah laku siswanya, selalu saja membuat kepalanya ingin pecah.

Dan coba lihat bagaimana mereka berdebat tentang uang yang akan menjadi hadiah kuis menurut khayalan semata.

"Udah diam, bapak lagi serius!" tegas pak Jagad.

Sepersekian detik kemudian mereka menjelma bak anak alim, diam bak anak TK pertama menginjak sekolah.

"Raka sebenarnya apa yang membuat kamu sampai membuat tangan Rendy patah" guru itu bertanya to the point.

I'm Just Hurt Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang