-25-

13.9K 1.8K 46
                                    


   "Lulusan mana kamu?" Tanya wanita paruhbaya yang sedari tadi tak henti-hentinya menebarkan senyum manis pada Rosa.

"Lulusan universitas xx, Tante," jawab Rosa sopan. Harus sopan di depan calon mertua, batinnya.

"Oh, pasti pdkt–annya pas lagi kuliah, kan? Duh, kamu pasti capek ngejar anak saya. Gengsian, sama kayak bapaknya. Untung aja dulu Tante gercep nembak, kalo engga si Joshua gak bakalan lahir." Penjelasan dari ibu Joshua –Tante Indri–, hanya Rosa respon dengan anggukan kecil. Dia masih canggung sebenarnya.

"Eh, btw. Yang nembak duluan siapa? Kamu atau si Josh?" tanya Tante Indri dengan wajah penasaran.

"Ehm, Pak Josh yang nembak duluan, Tante," jawab Rosa malu-malu kucing.

"Yang bener?" tanyanya memastikan.

"Beneran, Tante. Pak Josh yang nembak duluan, padahal saya niatnya mau move on. Emang rezeki anak solehot yang rajin menabung dan tidak sombong." Tentunya kalimat terakhir Rosa ucapkan dalam hati. Dia masih sungkan menceritakan kejadian itu secara gamblang pada calon ibu mertuanya.

"Astaga! Beneran!" Kagetnya menutup mulut tak percaya.

"Dia belanja di Indoapril aja harus disuruh mbak-mbaknya masuk dulu, baru mau masuk. Tingkat gengsinya si Josh udah jauh dari kata normal! Tapi kok bisa-bisanya karena takut kamu move on dari dia, tingkat kegengsian Josh langsung merosot ke dasar lautan?"

"You special girl! Lebih spesial dari ayam geprek kesukaannya Josh!" Mendengar pujian tersebut, membuat Rosa mendadak tersipu malu.

"Ah, bisa aja Tante!" Ujar Rosa seraya menepuk pelan pundak Tante Indri. Sepertinya dua orang ini mulai akrab.

Sedangkan disebuah rumah yang jauhnya sekitar 23,2 km dari tempat Rosa berpijak sekarang, ada Endah yang tengah tertekan.

Wajahnya tertekuk masam. Di depannya duduk seorang wanita paruhbaya dengan baju loreng macan tutul. Wajahnya nampak menyeramkan sekaligus menyebalkan.

"Kamu ngehasut anak saya buat kawin lari, hah?"

Sebelum menjawab, Endah melirik Gema yang tengah asik memakan basreng yang barusan ia beli di gang depan.

Endah mencoba meminta bantuan, tetapi Gema terlalu asik dengan dunianya, yaitu menyantap basreng bumbu balado yang seharusnya berada di perutnya sekarang.

"Sshht," bisiknya mencoba memanggil Gema.

"Ngapain kamu ssht-ssht? Orang tua lagi ngomong didengerin! Bukan malah ngelirik sana, ngelirik sini!" Omelnya bersedekap dada. Wanita bernama Oki itu meraih kipas tangan, kemudian mengipasi wajahnya yang glowing hasil perawatan dokter.

"Ck, udah gak modal! Gak sopan! Muka juga pas-pasan! Berani-beraninya ngajak kawin lari anak saya! Di kira anak saya mau dikasih makan batu apa!" lanjutnya dengan delikan sinis.

Mau tak mau, Endah memilih menunduk diam. Dalam hatinya ia tengah merutuki sepasang ibu dan anak di depannya ini. Dua-duanya sama-sama menyebalkan!

Yang tua matre dan sok segalanya, sedangkan yang muda polos-polos kelewat tolol. Mengapa pula Endah bisa terlibat ke dalam permasalahan ini?

"Gusti. Gini amat nasib Endah? Perasaan Endah gak pernah nyakitin orang, kok Endah dikasih jodoh sama mertua modelan begini?" batin Endah merutuki nasib malangnya.

°
°
°

   Lantai putih nan bersih di sebuah pabrik ilegal telah terkotori oleh darah. Semuanya akibat dari perbuatan seorang manusia keji yang tengah asik merokok.

CandalaWhere stories live. Discover now