Tiba di pintu besar itu, Agnia membukanya tanpa tau dengan siapa ia meeting hari ini. Pedro yang diperintah Feliks untuk menggantikannya tanpa meminta izin terlebih dahulu pada Agnia, membuat wanita itu berang.

Seketika pintu terbuka, terlihat pria dengan jas berwarna navy beralih menatap Agnia, layar di monitor itu tak lagi menjadi pusat perhatian. Liev sebagai CEO Czar group baru saja selesai memaparkan hasil meeting mereka, itu tandanya meeting sudah selesai. Bahkan mereka tengah berdiri untuk beranjak dari ruangan megah itu.

Agnia terasa jantungnya berhenti berdetak saat ditatap iris caramel yang tajam membuatnya sesak nafas.

"Maaf Nona Queen, meetingnya sudah selesai. Saya diperintah Lord-"

"Cukup, aku tau Pedro." Agnia menjawab tanpa melirik Pedro, tatapannya masih saja bertabrakan dengan iris caramel itu. Seolah menantang meskipun Agnia sangat ingin kabur sekarang juga.

Hentakan sepatu pantofel mengkilap mendekati Agnia. "Terlambat saat meeting bersamaku sama saja menghinaku." Wajah pria itu datar tanpa peduli melihat ekspresi Agnia yang gugup.

"Maaf Lord, aku—"

"Tinggalkan saya bersama Lady Agnie."

Semua orang yang hadir pun menurut tanpa mampu protes, penguasa Rusia itu tak bisa dibantah apapun alasannya. Setelah pintu tertutup, pria tampan itu bersandar di meja persegi panjang dibelakangnya. Tangannya menyilang di dada, menatap Agnia dengan tatapan sulit diartikan.

Agnia hanya bisa berdehem menghilangkan gugupnya.

"Aku-aku—"

"Bahkan sakit sekalipun bukan alasan kau tidak profesional." Agnia melihat pria itu menarik sebelah sudut bibirnya seperti menyindir.

"Aku minta maaf Lord Evgene."

"Kemarilah."

Agnia yang berdiri tidak jauh dari pintu pun mendekat.

"Apa yang bisa ku lakukan untuk menebus kesalahanku Lord?"

Ares menarik Agnia menjepit tubuh wanita itu diantara kedua pahanya. Agnia terlihat tidak nyaman namun keberaniannya hilang seolah ditelan udara.

Tangan Ares membelai pipi Agnia, menyelipkan rambut wanita itu kebelakang telinga.

"Sikapmu sama sekali tidak mencerminkan seorang Lady apalagi Queen yang banyak orang bicarakan." Suara rendah itu terdengar menusuk.

Kening Agnia berkerut. "Maksud anda?"

"Kau takut padaku hm?"

Agnia menggeleng pelan. "Aku tidak takut pada siapapun." Berusaha lepas dari pelukan Ares di pinggangnya.

"Sangat terlihat kau takut padaku My Lady." Ares tersenyum tipis.

"Bisakah kau lepaskan aku? Orang akan salah paham jika melihat kita dan aku bukan lady mu!" Agnia berusaha melepaskan namun tetap saja tenaga Ares lebih kuat.

"Aku lebih suka orang melihatnya, kau sudah menjadi Ladyku sejak awal kita bertemu." Jawab Ares santai lalu beralih melihat jam tangan yang dipakai Agnia. "Kau suka hadiah dariku?" Ares tersenyum tipis, tidak sia-sia ia meluangkan waktu memilih sendiri hadiah untuk istrinya, jam tangan bernilai empat puluh juta US$ itu melekat indah di pergelangan tangan wanita tercantik di alam semesta.

"Pria bangsawan mesum! Jika aku tau jam ini darimu tak mungkin aku memakainya!" Bentak Agnia, tapi Ares malah tersenyum lebar nyaris tertawa. Agnia yang dikenalnya telah kembali.

"Memang aku mesum, kau takut?" Ares malah meraba punggung Agnia dibalik kemeja longgarnya, ternyata wanita ini tidak memakai apapun dibalik kemejanya.

Emerald EyesWhere stories live. Discover now