7 Hari

34. kekecewaan besar Jaemin

"Mengapa?"

"Hah?"

"Mengapa?"

"Apa?"

"MENGAPA, ARIN??!"

"APANYA YANG MENGAPA, JENO?!"

"Selama ini kau tahu, kan dimana mereka berada?"

Arin tertawa kecil. "Terus?"

Jeno menatap tak percaya kekasihnya itu. "Selama ini aku mencari mereka diam-diam, Arin! Berkali kali aku mengunjungi rumah yang dulu kita tempati! AKU MENCARI MEREKA! DAN KAU SANGAT TAHU ITU, ARIN!"

"Aku selalu menceritakan hal itu padamu, aku selalu meminta saran padamu tentang kemana aku harus mencari!"

"Mengapa, Arin? Kau tahu keberadaan mereka, tapi kau sama sekali tidak pernah memberi tahukannya padaku!" Lagi lagi gadis cantik itu tertawa kecil mendengarnya.

"Karena kau tidak bertanya padaku, Jeno." Pria itu melompong tak percaya.

"Iya, kan?"

"Kau hanya bilang, kemana aku harus mencari mereka, Rin?"

"Dan kau hanya bercerita, aku sudah mencari dimana mana, tapi mengapa mereka seolah tak meninggalkan jejak barang sedikitpun?"

"Tapi, kau tidak pernah bertanya, apa kau tahu keberadaan mereka, Arin?"

Laki laki itu masih tak habis pikir dengan gadis didepannya ini. "Mengapa harus, Arin? Sedangkan kau tahu."

"Itu dia, Jen. Karena aku tahu, jadi aku diam sebelum kau bertanya seperti itu."

"Karena aku tahu, kau diam diam."

"Yang artinya, gengsi itu masih duduk di hatimu."

"Kalaupun kau tahu dimana mereka, kau tidak akan menemui dan memperbaiki hubungan kalian, kan?"

"Tak usah mengelak. Buktinya, sekarang?"

"Kau sudah tahu, kan?"

"Tapi, sudahkah anda menemui mereka, tuan Jeno?"

__________

Prang...

Jaemin membanting vas bunga di ruangannya itu hingga pecah.

"Jaemin?"

"Ada apa?"

"Lia," lirihnya.

"Kenapa, hm?"

"Renjun hyung."

"Na, boleh hyung minta sesuatu?"

"Apa, hyung?"

"Tolong, sekecewa apapun kamu pada mereka, jangan pernah membenci mereka, ya?"

"Karena kita tetaplah keluarga."

"Maafkan mereka."

"Jaem."

"Berat, Lia."

"Aku sangat kecewa pada mereka."

"Ini terlalu sulit."

"Karena rasa kecewa ini sudah sebesar itu."