32. Menjadi Dokter Hebat

539 64 18
                                    

"Tidak Jaemin~ah ku mohon tidak sekarang. Impian Kalian harus terwujud. Aku harus berusaha agar kalian bisa meneruskan pendidikan kalian. Aku tidak ingin menjadi beban untuk saat ini. Aku mohon Jaemin~ah jangan beritahu yang lainnya."

"Baiklah tapi berjanjilah kau harus kuat hyung. Kau harus sembuh. Jangan menyerah."

"Aku berjanji akan terus bertahan sampai utusan Tuhan datang untuk menjemput ku kembali. Tapi berjanjilah jika hari itu tiba kau jangan sedih lama lama ya."

"Aku tak yakin. Tapi akan ku usahakan. Namun berjanjilah hyung kau tidak akan pergi sebelum memberi tahukan semuanya pada yang lain."

"Baiklah."

Janji itu.

Janji yang keduanya ucapkan 7 tahun yang lalu.

Janji yang menjadi semangat Renjun untuk bertahan sampai sekarang.

Sampai akhirnya, kini dirinya benar benar melihat kesuksesan Jaemin.

Adiknya, benar benar menjadi dokter hebat dengan dirinya sebagai pasien pertama anak itu.

Beasiswa yang tadinya hanya untuk 3 tahun, diperpanjang karena prestasi Jaemin.

Dan kini, nama dokter muda itu masyhur, setelah berhasil menangani keracunan massal para menteri, serta wabah demam berdarah di beberapa kota.

Selama ini, Jaemin belum pernah mengalami kegagalan dalam prakteknya. Namun, untuk Renjun...

Naik, turun.

Sudah beberapa kali kanker di tubuh Renjun turun level menjadi stadium awal tetapi, sudah beberapa kali pula sampai ke stadium akhir.

Seperti satu bulan terakhir ini.

Ceklek...

"Jaemin."

"Belum tidur, hyung?"

"Bosan." Jaemin tersenyum kecil mendengar aduan sang kakak.

"Besok pagi kita ketaman, ya?"

"Aku juga bosan dengan taman rumah sakit, Jaemin!" Nadanya terdengar kesal.

Jika orang lain, mungkin menganggap kakaknya itu menggemaskan saat seperti ini. Tetapi, berbeda dengan nya. Ia justru merasa takut.

Karena akhir-akhir ini, kakaknya itu agak sensitif.

"Iya, hyung besok sore kau boleh pulang." Renjun tersenyum senang mendengarnya.

"Benar?"

"Iya. Sekarang tidur, ya?" Renjun hanya mengangguk.

"Jaemin, jangan tidur di sofa, nanti badanmu sakit. Kemari!" Jaemin tersenyum manis, lantas mulai membaringkan tubuhnya di sebelah sang kakak.

Diusapnya rambut sang adik dengan lembut, hingga tertidur pulas. Merasa belum mengantuk, Renjun mengambil diary-nya, menuliskan sesuatu disana, sampai-sampai tak terasa air matanya tidak berhenti mengalir sejak tadi.

"Maaf, Na. Hyung, lelah."

_______________

Pagi ini Jaemin menepati janjinya. Mereka benar benar ketaman rumah sakit. Bukan hanya berdua, melainkan berempat. Dengan Lia,

Dan Arin.

Keempatnya tertawa bersama, menikmati pagi cerah yang begitu indah. Tanpa sadar seorang pemuda lain menatap ke-empatnya dengan tatapan terkejut, tak menyangka,

Serta kecewa.

Jeno.

Pemuda itu benar benar tak menyangka, kalau selama ini kekasihnya itu tahu di mana keberadaan kedua Saudaranya.

Yang selama ini ia cari diam-diam.

____________

Renjun mengerutkan keningnya, heran dengan sesuatu dihadapannya.

"Ini rumah siapa, Jaemin?"

Jaemin tersenyum manis. "Rumah kita, hyung. Hadiah kecil untukmu. Rumah ini atas nama-mu, hyung."

"Suka?" Renjun tersenyum manis kemudian, mengangguk.

"Suka."

"Tapi, biar menjadi atas nama-mu saja, Jaemin~ah."

"Kenapa?"

"Tak ada yang tahu kapan aku berhenti bernapas, Jaemin."

.......

Bersambung...

Assalamu'alaikum...

Pendek, ya?

Tahun baru punya harapan apa?

Buat yang udah setia nunggu dan yang udah kasih vote, makasih banyak ya...

Kurang lebihnya saya mohon maaf dan terima kasih....

Mau dobel up?

Spam dulu sayang...

Love you all 💚 💚💚💚💚

Wassalamu'alaikum...

Sabtu, 31 Desember 2022

1251222

7 HariWhere stories live. Discover now