20. Rindu

554 53 1
                                    

Mila Amalia

.............7 Hari..............


Renjun tersenyum tipis kala melihat kalender di handphone nya. Kondisinya sudah jauh lebih baik. Ventilator itu sudah diganti dengan nasal kanul.

Selasa, 8 Februari 2022

"Delapan Februari."

Renjun menghela napas panjang. Pikirannya kembali kepada hari dimana semuanya dimulai.

"Ayah, bunda sudah satu tahun, ya?"

"Hiks bunda bagaimana ini?"

"Tidak apa-apa, nak. Percaya pada Tuhan, semuanya akan baik-baik saja. Renjun hanya perlu berusaha jadi, lakukan pengobatannya, ya?"

"Tidak bunda. Aku takut, orang bilang itu menyakitkan. Lagi pula itu tak menjamin kesembuhan ku, bukan?" Wanita yang dipanggil bunda itupun lantas, memeluk erat tubuh putra keduanya.

"Nak, Renjun dengar ayah. Apapun yang terjadi itu adalah takdir. Takdir itu sudah ditentukan sebelum kita lahir. Renjun, apapun nanti hasil akhirnya itu adalah takdir, namun jangan mentang-mentang takdir sudah di tentukan, kamu tidak mau berusaha. Setidaknya kau harus berusaha dan berdoa. Ikhtiar, nak. Setelahnya baru pasrahkan dan serahkan semuanya pada Tuhan. Renjun, lakukan pengobatannya, ya nak?" Ucap sang ayah.

"Baiklah, hiks aku akan melakukannya." Keputusan Renjun ini sanggup membuat kedua orang tuanya kembali tersenyum.

"Pintar. Anak bunda harus kuat, ya." Renjun mengangguk.

Namun tak lama senyuman sang ayah luntur, tergantikan dengan raut wajah panik.

"Kalian pasang sabuk pengamannya, ya."

"Ada apa?" Tanya sang bunda.

"Aku tidak bisa mengendalikan mobilnya. Rem nya blong."

"Apa, bagaimana mungkin?"

Kedua orang tuanya mulai panik, sedangkan Renjun terus memperhatikan dua orang yang keberadaannya tak jauh dari mereka.

Ya, itu Chansung. Ia nampak memberikan sebuah amplop coklat tebal kepada seorang lelaki. Lelaki itu tersenyum, lantas dengan segera ia mengendarai truk nya dan mengarah pada mobil yang ditumpangi oleh Renjun dan kedua orang tuanya.

"Ayah awas!"

Brak....

"Renjun~ah, ada apa? Mengapa menangis hm?"

Renjun tersenyum tipis. "Ini delapan Februari, hyung."

Raut wajah Jaehyun seketika berubah sendu. Lantas di genggamnya erat tangan Renjun.

"Kau doakan mereka, ya."

Renjun hanya mengangguk.

"Renjun~ah, apa kau sudah siap menceritakan semua yang terjadi malam itu?"

"Waktu itu aku hendak pulang, hyung. Lalu tiba-tiba ada dua mobil yang menghadang ku."

_________________________

7 HariWhere stories live. Discover now