25. Pengorbanan

713 57 6
                                    

Ceklek

"Mark hyung?"

Kedua bola mata Jaemin nampak berbinar kala melihat si sulung dan saudaranya yang lain memasuki ruang rawatnya.

Sedangkan Jaehyun dan Jungwon tersenyum lega melihat mereka datang tanpa terluka.

"Mark hyung, kapan kau pulang?"

"Tadi pagi." Ucap Mark sambil mengusak gemas rambut sang adik.

"Mengapa tidak memberi kabar?"

"Kejutan." Mark tersenyum sendu.

"Tapi, mengapa setiap kali aku berniat memberi kejutan untuk kalian, justru aku sendirilah yang mendapat kejutan tak terduga."

"Tidak apa-apa, yang penting kalian semua baik-baik saja. Untuk sementara waktu kalian bisa tinggal di rumahku, ayah dan ibuku juga tidak akan keberatan."

"Terimakasih, hyung. Tapi, aku akan mencari apartemen saja untuk sementara waktu."

"Sebentar lagi Jaemin sudah ujian kelulusan, kan? Jadi, nanti setelah Jaemin lulus kita pindah ke ibu kota."

Mengerti dengan tatapan penuh tanya dari yang lainnya, Mark lantas menceritakan semuanya sedetail mungkin.

"Sekitar satu Minggu yang lalu aku bertemu paman Baekhyun lalu, ia mengajakku ke rumahnya."

"Paman Baekhyun yang itu?" Tanya Renjun, memastikan.

"Iya, sahabat ayah."

"Mark, ada sebuah amanah yang dititipkan oleh orang tuamu pada kami."

Mark mengernyit bingung kala Baekhyun menyodorkan dua buah surat berharga.

"Orang tua kalian menitipkan sebuah rumah dan restoran pada kami untuk kalian. Mereka menjalankan Restoran itu dengan namaku, seolah restoran itu milikku. Padahal sebenarnya restoran itu milik dan atas nama ayahmu. Begitupun dengan rumah itu."

"Mereka seolah sudah memiliki virasat bahwa akan ada pihak yang mencurangi kalian dan merebut semua hak milik kalian, setelah kepergian mereka."

"Mark, selama ini restoran itu sudah berkembang. Sekarang kau hanya perlu melanjutkannya. Dan adik-adikmu, bawa mereka tinggal di rumah itu."

"Itu hak milik kalian yang masih tersisa."

"Terimakasih, paman. Kau menjaga dan melaksanakan amanah itu dengan baik." Ujar Mark dengan mata yang berkaca-kaca.

Mereka semua tampak tersenyum senang setelah mendengar cerita Mark. Namun, Renjun justru tersenyum sendu.

Tidak, bukan karena ia tidak senang, bukan pula karena ia tidak bersyukur. Hanya saja, ia teringat dengan kedua orang tuanya.

Ayah, bunda apa kalian sudah mengetahui rencana mereka? Ayah, bunda Renjun akan berusaha, membuat mereka mendapatkan hukuman yang setimpal. Batinnya

"Ah, ya sudah siang. Aku pamit, ya?" Ucap Jungwon, tak lupa dengan senyum manis yang membuat sebuah dimple tercipta di pipinya.

"Ya, hati-hati." Balas Jaemin dan Renjun bersamaan.

"Ya sudah, kalau begitu aku juga keluar dulu." Pamit Jaehyun. Setelahnya, dokter muda itu menepuk bahu Renjun.

Paham akan kode yang diberikan oleh Jaehyun, Renjun lantas mengikuti dokter muda itu keluar.

"Mmm, kalau begitu aku juga pamit bekerja dulu, ya?"

Aneh. Perasaan tak nyaman tiba-tiba menghampiri hati si sulung. Ingin rasanya Mark mencegah adiknya itu bekerja untuk hari ini saja. Tapi...

7 HariWhere stories live. Discover now