5. Rahasia

661 69 2
                                    



Terkadang ada sesuatu yang harus dirahasiakan.

Bahkan dari orang yang kita sayangi sekalipun.




........











Renjun sedang bersiap untuk pulang. Sudah pukul 20.00 itu artinya ship nya sudah selesai. Hawa dingin terasa seakan menusuk tulang tulangnya kala langkahnya telah sepenuhnya membawa tubuh ringkihnya keluar dari cafe itu. Renjun melanjutkan langkahnya sesekali ia terbatuk. Tatapannya menyendu kala Indra penglihatannya menangkap sedikit bercak darah pada sapu tangan yang baru saja ia gunakan sebagai penutup mulutnya saat terbatuk. Lantas tangannya merogoh selembar kertas yang dilipat dalam sakunya dan membaca kembali kalimat demi kalimat yang tertulis di sana. Ia menghentikan langkahnya sejenak, menatap langit malam yang dipenuhi bintang.

"Ayah, bunda melanjutkan tugas kalian itu... tidak mudah rupanya. Maaf aku tidak bisa mengurus mereka dengan baik. Ayah, bunda benarkah ini semua salahku? Jika iya...
Bisakah mereka memaafkan ku?
Tuhan aku ingin mereka memaafkan ku dan kembali menyayangiku seperti dulu. Tuhan aku ingin mereka semua ada di dekatku ketika aku akan kembali padamu. Tuhan terimakasih karena diantara mereka masih ada yang selalu menyayangiku." Air matanya menetes seolah menggambarkan seberapa besar rasa sakit pada hatinya.









...........





Renjun membuka pintu kayu itu. Ia tersenyum manis melihat keempat adiknya tengah menikmati makan malam bersama.

"Hyung pulang! Kalian makan yang banyak ya supaya cepat besar." Ucap Renjun seraya mengusak rambut Chenle dan Jisung.

"Tunggu tapi dimana Jaemin? Apa ia sudah makan?"

"Entahlah sejak kami pulang sekolah ia keluar dan sampai sekarang belum pulang." Jawab Chenle tanpa mengalihkan pandangannya dari piring.

"Oh ya tuhan, kemana Jaemin, bukankah ia baru saja terluka?"

"Kau benar-benar tidak tahu? Tapi ia bilang ingin menemui mu di toko saat kami berpapasan tadi." Kali ini Chenle menatap Renjun tajam. Mereka mulai panik sekarang.

"LAGI LAGI KAU! DASAR SIALAN! Jaemin belum benar benar sembuh bahkan ia belum mulai sekolah hari ini. Awas saja Jika sampai terjadi sesuatu padanya."

"Maaf Jeno~ya tapi aku benar benar tidak bertemu dengannya tadi."

Ceklek


Pintu terbuka menampilkan sosok Jaemin dengan penampilan kacau membuat atensi seluruh penghuni rumah itu beralih padanya. Tampak jelas matanya sembab. Ia menatap Renjun dengan tatapan yang sulit diartikan.

Antara marah, kecewa juga khawatir.

"Jaemin~ah kau dari mana saja. Ada apa kau habis menangis hm?"

Jaemin tersenyum tipis.

"Aku baik baik saja. Aku lelah aku ingin mandi lalu istirahat."

Jaemin melenggang pergi meninggalkan saudara saudaranya yang masih kebingungan pasalnya ini kali pertama anak itu berbicara dengan nada dingin seperti itu.

Jaemin memasuki kamar mandi dan menutup pintunya dengan cepat. Ia memutar keran untuk meredam suara tangisnya. Ia menangis sekarang. Sungguh ia takut,

7 HariWhere stories live. Discover now