30. Perpisahan

623 65 10
                                    

"Ini hari kelulusan, Jaemin! Kau tidak ingin datang, Mark?"

"Itu pilihannya, Mina." Mina menghela napas berat.

"Kau tidak lihat berita? Sudah jelas Renjun tidak bersalah, Mark!"

"Aku masih ragu, Mina. Bisa saja, kan mereka saling bekerja sama."

Mina tertawa kecil.

"Masih ragu, atau terlanjur gengsi?"

Tepat sekali.

"Mark, haruskah kau merasakan perihnya kehilangan dan penyesalan, dulu?"

"Tidak ada yang abadi di dunia ini, aku hanya tak ingin kau terlambat, Mark. Tapi, keputusannya ada di tanganmu."

_________________

Renjun tersenyum bangga menatap sang adik yang kini berada di atas panggung, karena prestasi yang ia raih.

"Wali siswa, silahkan ke atas."

"Kakaknya, ya? Ada yang ingin disampaikan?"

"Hahahaha, Jaemin! Itu kakak, lo? Ih, bukannya dia orang yang suka ngangkut ngangkutin barang di pasar?" Lantas, atensi para hadirin tertuju pada seorang siswa yang tiba-tiba berdiri dari bangkunya. Tak sedikit pula siswa siswi yang tertawa karena ucapannya.

"Eh, iya bener!! Dia juga suka ada di cafe, dekat taman kota itu, kan? Wow, Kakak Lo, ternyata kerjanya serabutan, ya mangkanya dekil begitu." Timpal salah satu siswa lain.

Sejak tadi, Renjun menunduk, berbeda dengan Jaemin yang justru tersenyum manis. Pemuda, itu lantas angkat bicara.

"Iya, benar. Kakakku kuli angkut di pasar, ia juga bekerja di toko sekitar pasar, dan di cafe yang kalian katakan. Kadang, ia juga mengisi shift malam di supermarket. Ya, kakakku serabutan. Hebat, kan? Dalam satu hari ia bisa bekerja di 4 tempat yang berbeda, belum lagi ia juga harus mengurus kami."

"Aku benar-benar bersyukur menjadi adik nya. Ia rela berhenti kuliah dan bekerja seperti itu."

Jaemin, meraih tangan sang kakak lalu di kecupnya berkali-kali.

"Wow, Jaemin adik yang berbakti, guys. Hahahaha."

"Alhamdulillah. Lagi pula, Ayah dan bunda sudah tidak ada, lalu pada siapa lagi aku berbakti."

"Jangan menunduk, hyung. Kau hebat! Mereka yang menganggap dirimu hina belum tentu sanggup jika dihadapkan dengan keadaan seperti-mu."

"Alah, mantan narapidana aja Lo bela, Jaem."

Masih dengan senyum manisnya Jaemin menjawab, "Sudahkah, kalian menonton berita?"

Habis sudah kata kata pemuda itu, ia lantas memilih diam dan kembali duduk sambil menahan malu karena merasa kalah.

"Hyung, terimakasih karena tidak pernah meninggalkanku. Bahkan di momen besar ini hanya ada kau yang mendampingiku, hyung." Kemudian, di peluknya tubuh sang kakak.

Haru.

Satu kata, yang menggambarkan suasana di sana.

_____________

"Selamat, ya, Jaem!"

"Makasih. Selamat juga, ya!"

"Sama-sama. Oh, ya abis ini mau kuliah di mana?"

"Aku juga belum tahu. Tapi, yang jelas aku dan Renjun hyung akan pindah dari sini." Lia mengangguk, mengerti.

"Lia, Jaemin selamat, ya!" Keduanya lantas menoleh, mendapati wanita 40 tahun yang tak lain merupakan ibu Jihoon.

"Makasih, Tante."

"Oh, ya Jihoon mau lanjut kemana abis ini?" tanya Lia.

"Mungkin Tante bakal ajak Jihoon ke Aussie. Supaya dia bisa menata lagi mentalnya. Di sini terlalu perih untuk anak itu."

_______________

Renjun menatap jalanan dari jendela bus yang ia tumpangi. Pemuda itu tersenyum kecil, lantas mengalihkan pandangannya pada sang adik.

"Nana."

Jaemin tertawa kecil. "Iya, hyung."

"Terimakasih, ya? Bahkan sampai yang lainnya benar benar meninggalkanku, kau masih tetap disini. Hyung bangga padamu. Pada budi juga prestasimu."

"Itu bukanlah hal besar, hyung. Itu hal yang wajar. Hal yang sudah seharusnya aku lakukan. Aku yang seharusnya berterimakasih padamu."

"Sekarang, kita ganti buku, ya? Kita jalani lembaran-lembaran baru."

"Iya, hyung."

"Tapi, tanpa menghapus nama-nama yang telah ada pada lembaran yang lama."

"Setidaknya, biarkan tetap menjadi kenangan."

"Iya, hyung."

Renjun mengusap lembut kepala sang adik dan membiarkannya bersandar di pundaknya, hingga terlelap. Setelahnya, pemuda itu kembali menatap jalanan yang kini basah karena air hujan.

"Jungwon~ah, terimakasih atas semuanya. Aku tak dapat berkata banyak. Kau luar biasa. Maaf, ya?"

"Kau tahu, sampai kapanpun kau tetap berada di hati orang orang yang menyayangimu, termasuk Jihoon."

"Tidur yang nyenyak! Terimakasih banyak, ya?"

"Dan untuk, hyung serta adik-adik. Sejauh apapun jarak memisahkan. Sejauh apapun konflik merenggangkan, takkan ada yang bisa lari dari kenyataan takdir, kalau kita adalah keluarga. Dan selamanya tetap begitu."

"Mungkin perpisahan ini, hal terbaik, supaya kita saling sadar. Mungkin benar, jika hubungan akan terasa berharga ketika sudah mengalami perpisahan. Dan aku harap kita semua akan kembali bersama dengan keadaan yang lebih baik."

"Aku menyayangi kalian semua."

.........

Bersambung....

Assalamualaikum....

Hai, sudah berapa tahun tidak up?

Maaf, ya baru bisa up. Akhir akhir ini bener bener sibuk banget.

Gimana?

Ada yang kangen?

Jangan lupa Vote dan komentar nya!!

Kurang lebih nya saya mohon maaf dan terima kasih...

Love you all 💚💚💚💚💚

Wassalamu'alaikum...

Rabu, 26 Oktober 2022

7 HariWhere stories live. Discover now