10. Hyunjin

689 64 0
                                    


Jaemin, Chenle dan Jisung tengah menyantap makan malamnya dengan nikmat. Tidak ada yang membuka suara. Mereka sebenarnya tidak ingin pulang malam ini terlebih Jaemin setelah apa yang terjadi pada Renjun tadi pagi. Tapi apa daya Mark tidak mengizinkan karena sudah ada ia dan Haechan yang menunggu Jeno dan Renjun disana, toh mereka besok sekolah.

"Aku selesai, Kalian kalau sudah selesai tidurlah, jie ingat! Tidur bukan bermain game."

"Hehe, iya Jaemin hyung."

Jaemin lantas beranjak menuju kamarnya. Ia menghela nafas lalu membanting tubuhnya kekasur. Kejadian pagi tadi kembali membuatnya khawatir, dimana ia melihat langsung tubuh sang kakak mengejang hebat di hadapannya. Jaemin benar benar kalap saat itu, ia mencoba memeluk erat tubuh Renjun namun tetap tidak ada perubahan. sampai sampai ia lupa memanggil dokter dan justru memilih berlari ke ruang rawat Jeno untuk mengadukannya kepada Mark. Ia memejamkan matanya dan kembali menghela nafas.

"Hyung kau harus baik baik saja, kau sudah berjanji bukan?"

........


"Ma... maaf abeoji ta... tapi mereka tidak masuk hari ini. Ampun abeoji sakit." Tidak. Tidak ada ampun bagi sang ayah untuk Hyunjin jika ia gagal menjalankan tugas darinya. Ia terus menghantam punggung Hyunjin dengan sebuah rotan tanpa menghiraukan rintihan putranya.

"BODOH! KAU BENAR-BENAR TIDAK BERGUNA!SIA SIA AKU MEMUNGUT MU DAN MENAFKAHI MU SELAMA INI! KEMARIN KAU SALAH SASARAN, SEKARANG KAU BILANG MEREKA TIDAK MASUK! AKU TIDAK MAU TAHU! JIKA BESOK KAU GAGAL MENCEKOKI ANAK ITU MAKA KAU YANG HARUS MEMINUM CAIRAN ITU!"

"Ba... baik abeoji."

..........



Renjun membuka matanya perlahan. Silau. Itulah yang pertama kali ia rasakan.

"Eungh."

Mark terbangun kala merasakan gerakan kecil dari sang adik. Ia lega melihat Renjun kembali membuka matanya.

"Renjun kau sudah bangun hm. Ada yang sakit? Mau hyung panggilkan dokter?." Renjun menggeleng lalu tersenyum manis pada sang kakak.

"Hyung bagaimana kondisi Jeno? Hyung maafkan aku, apa kau masih marah?" Mark menggeleng lantas diusapnya kepala sang adik dengan lembut.

"Jeno sudah baik baik saja kau jangan khawatir. Renjunie asal kau tahu kau membuatku khawatir setengah mati. Maafkan aku
Renjun~ah seharusnya aku tidak bicara seperti itu padamu karena ini semua bukan salah siapapun." Renjun lagi lagi tersenyum mendengar ucapan sang kakak.

"Tak apa hyung aku tidak marah, aku mengerti kau sangat kalap saat itu."

"Yasudah tidurlah, suaramu masih terdengar sangat lemah." Lantas dikecupnya kening sang adik. "Kau harus sembuh hm. Kau harus sehat kembali, kau tau aku sangat mengkhawatirkan mu. Terimakasih sudah bertahan."

"Jangan khawatir hyung aku akan terus berusaha untuk bertahan.
Setidaknya sampai kau benar-benar sukses dan mereka sudah mulai mandiri, sampai kau bisa merawat mereka sendiri tanpa ku hyung." Mark terkejut mendengar perkataan sang adik. Seketika rasa takut menyelinap di hatinya. Ia benar benar bingung mengapa Renjun berkata seperti itu.

"Hush kau ini bicara apa? Kita akan mengurus mereka bersama hingga mereka memiliki keluarga kecilnya masing masing."

"Aku juga ingin begitu hyung. Tapi takdir tuhan itu yang terbaik. Tidak perlu dipikirkan hyung ini masih malam tidurlah!"



7 HariWhere stories live. Discover now