Aftertaste

14.9K 1.4K 200
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Elevate, The Epilogue - Aftertaste


Maia berlari, secepat kakinya yang beralas sandal jepit bisa membawa. Sekadar mengganti sepatu pun tak sempat, ia hanya mengenakan jaket di atas piyama. Telepon dari seseorang di tengah malam buta, membawanya ke rumah sakit di pusat kota Jakarta.

Wajah paniknya menoleh ke arah resepsionis ruang IGD, dan bertanya di mana persisnya ruang operasi yang ia tuju. Ketika masuk ke lift, gadis itu mencengkram ponsel di tangannya, memandang kosong ke arah pintu, hanya sanggup menanti sampai lift itu membawanya ke lantai atas.

Di lantai tiga, Maia berbelok ke sisi kanan, dan menemukan lelaki yang tengah bersandar di tembok, sama tidak layaknya dengan Maia saat ini. Ia bahkan tidak mengenakan jaket, hanya t-shirt dengan celana katun panjang. Rambutnya kusut masai, matanya merah ketika melirik ke arah Maia.

"Nu?" Maia bergegas mendekatinya dan meraih bahunya yang layu.

"Mai, sorry gue nggak tahu mau nelepon siapa lagi—"

"Ssh, nggak papa, nggak papa! Hey, it's okay! It's gonna be okay...." Maia bergumam, maksud hati menenangkan Wisnu, tapi justru suaranya sendiri yang bergetar hebat.

"Gue takut banget, Mai, Ya Allah ... Sally udah berjam-jam kesakitan, dan gue nggak bisa bantu apa-apa!" Wisnu mulai terisak di bahu Maia. Tubuhnya yang jauh lebih besar dari Maia itu seolah meleleh begitu saja, dan Maia hanya bisa mengelus punggungnya, memberi sedikit kekuatan.

"Sabar ya, Nu, kita cuma bisa berdoa ya. Sally pasti baik-baik aja, oke!"

"Gue nggak tega, Mai, gue lihat sendiri gimana sakitnya dia, jeritannya dia masih kebayang! Induksi, nggak mempan juga. Tadi dia pegang tangan gue kenceng banget, tapi lama-lama ..." Isakan Wisnu terdengar menyesakkan batin. Maia susah payah menahan pilunya agar tak berderai. Ia harus jadi yang lebih kuat, karena Wisnu pasti tengah hancur-hancurnya. Malam itu, keluarga Wisnu bahkan belum datang, dan sialnya, orangtua Sally masih berada di luar negeri. Kemungkinan baru besok mertua Wisnu bisa tiba di tanah air.

"Sally udah berusaha, Mai ... ta-ta-pi kenapa dia masih harus kesakitan juga. Kenapa nggak gue aja yang sakit? Gue sebagai laki ngerasa nggak ada gunanya di dunia ini, asli ini gak adil!" Wisnu melepas pelukannya, dan mengusap wajahnya yang kacau dengan air mata.

Maia hanya bisa bergeming membiarkan Wisnu merepet dalam kesal. "Lo bayangin rasanya, gue orang yang cuma bisa nonton, istri gue berjuang buat ngelahirin anak gue! Remuk rasanya hati gue lihat Sally cuma bisa berjuang sendirian. Berapa jam kesakitan dia ujungnya tetep harus caesar! Lo bayangin, sakit dua kali istri gue!"

Maia mengangguk, dan mengajaknya duduk di sisi lain lorong, tidak bertepatan dengan pintu ruang operasi. "Duduk dulu, ya, Nu ...."

"Tuhan mau kasih gue pengalaman paling mengerikan seumur hidup kayaknya, Mai," gumam Wisnu serak.

ElevateWhere stories live. Discover now