12. The Harsh Truth

10.9K 2K 120
                                    

"Jadi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Jadi ... Mas mau dengerin, nggak?" Maia tiba-tiba bertanya. Kepada siapa lagi kalau bukan Rahmat, kala mobil melaju dengan kecepatan sedang, membelah jalanan Jakarta.

Rahmat pun mematikan radio yang tengah memutar lagu galau Mbak Adele. Rahmat kurang paham artinya, tapi dengar suaranya sepertinya galau. Jadi, anggaplah memang lagu galau. Liriknya ada kata-kata samwan laik yuuuuu. Setidaknya, begitulah telinga cinta Nusantaranya Rahmat menangkap bait yang diulang-ulang.

Kenapa tiba-tiba Maia angkat bicara, setelah lagu itu hampir habis? Tanyalah pada rumput yang bergoyang. Karena Rahmat lebih tidak paham isi kepala Maia.

"Dengerin opo toh, Mbak?"

"Sebenernya tadinya aku nggak mau ceritain ke siapa-siapa sih ..." bisik Maia.

"Yaudah kalo gitu jangan, Mbak. Yang ragu-ragu gitu biasanya nggak faedah," balas Rahmat.

"Ih kok gitu sih?" Maia terdengar kesal. "Maksudnya Mas, omonganku nggak faedah, gitu? Iyaa? Haah?"

Hadah ... salah lagi hamba sahaya.

Rahmat pun menggeleng ganteng. Mencoba kalem. "Bukan gitu, maksudnya tuh ... nanti nyesel gitu, yang harusnya nggak diceritain tapi diceritain."

"Ya tapi aku capek nyimpen ini sendirian. Lagian Mas juga udah bantuin sejauh ini, Mas kayaknya berhak tahu sih," gumam Maia.

Jemarinya mengetuk-ngetuk setir selagi menimbang jawaban. "Hmm, yaudah seterah Mbak," balas Rahmat.

"Terserah! Bukan seterah!"

"Hmm, sakarepmu wes, Mbak! Tak rungokne wes pokoke!"

(Hmm, terserah lah, Mbak! Saya dengerin pokoknya!)

Maia bermain-main dengan seat belt-nya sebelum memandangi ke arah jalanan kota Jakarta yang masih ramai meski malam menyapa. Kerlap kerlip yang sejenak terasa gemerlap, namun justru melipatgandakan rasa sepi bagi seluruh penghuninya. Siapa tidak merasa sepi di kungkungan kota metropolitan raksasa ini?

Rahmat menunggu, sampai Maia mulai bersuara lagi, dengan keragu-raguan yang begitu kentara, seperti batinnya sendiri menahan bibirnya untuk berucap.

"Yaa jadi tuh, sekitar ... sebulan, hm sebulan setengah deh kira-kira," gumam Maia, "Aku tuh main kan ke tempat Sally ...."


***

Sekitar sebulan yang lalu ....


"Sal, gue udah siap nih! Nanti jadi kan, ketemuan di Sency?" Maia berbicara pada loudspeaker, sembari merapikan isi tas tentengnya di atas kasur.

Terlalu lama Sally tak merespon, Maia pun memanggil lagi, dengan suara lebih keras. "Saal? Are you there?"

"Hng, yaaa Mai..." balas Sally di ujung sana. "Uhh, kayaknya gue nggak bisa nyusul deh, ke Sency. Gue skip dulu deh, sorry ya?"

ElevateWhere stories live. Discover now