1. Special Request

44.9K 3.7K 338
                                    

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.


Gadis itu yakin pikirannya sudah kelewat kacau. Nampaknya dia harus minum antidepresan sesampainya di apartemen nanti. Oh, atau minta obat anti sinting pada dokter keluarganya, kapan-kapan kalau bertemu. Memangnya ada ya obat anti sinting? Persetan lah ada atau tidak, yang jelas sisa-sisa kewarasannya sudah tercerai berai di pintu lift tadi, sekitar setengah jam yang lalu.

Kini ia duduk manis di kursi yang disediakan Circle K, dengan segelas kopi instan yang rasanya awur-awuran, sekotak malkist cracker tanpa gula, dan pemuda bloon yang masih menganga di seberangnya. Sejak bertemu dengan sang pemuda, gadis itu sudah tahu pasti kapasitas otak si pejantan. Dia bisa menebak pula status dan keadaan ekonominya. Semua hanya dengan sekali scanning dari ujung kaki ke ujung rambutnya yang diberi pomade diskonan.

"Ah, Bu—"

"Ssh," potong gadis itu dengan desisan tegas.

"Ah iya Mbake ... duh piye iki. Anu, saya ndak mau deh ngikut-ngikut suruhan Mbake, saya ndak bisa akting, Mbak! Kalo bisa, wong ya udah ngalahin Kiki Parel toh, Mbak!" ujarnya sambil nyengir, memamerkan taringnya.

Masalah besar. Gadis itu pun mengulum bibirnya, memejamkan matanya sekejap. Sosok yang dibutuhkannya adalah tipikal yang bisa diatur, disetir, submisif. Lelaki di depannya ini punya nyaris segalanya yang ia butuhkan. Sayangnya untuk memenuhi standar yang satu lagi, itu benar-benar beda cerita. Orang ini butuh sekolah kepribadian minimal enam bulan baru bisa disebut cukup presentable.

Fisiknya, kelihatan udik. Dengan kulitnya yang cenderung eksotis— mungkin kebanyakan main layangan sewaktu kecil, dan wajahnya agak-agak berminyak lusuh. Mungkin efek sudah malam, sudah letih. Diperkirakan, kalau diajak ke salon bisa lumayan. Catat ya, lumayan, belum presentable juga. Tidak yakin jas Gucci atau Ralph Lauren bisa menyelamatkan aura udiknya itu. Tapi, siapa tahu kan? Belum dicoba.

Gimana ya ... tahu kan manusia punya aura khusus? Nah, auranya orang ini tuh ndeso banget, meskipun ada sedikit manis-manisnya. Jadi didandani ujung ke ujung juga, mungkin masih tersisa bau sawahnya. Paham nggak?

Sebaliknya gadis yang duduk bersilang kaki dengan rok span berwarna abu-abu dan jas warna senada itu, auranya ningrat. Sekali lirik, orang tahu kalau dia berpendidikan tinggi dan juga rajin keluar masuk salon, biar kata cuma karena kelilipan bulu mata sekalipun (harus ditangani oleh profesional). Ujung ke ujung wangi bunga surgawi. Paham nggak?

Jadi, mau ngapain dua orang yang beda aura dan beda tanah berpijak itu duduk anteng depan minimarket 24 jam? Jelas bukan main catur, apalagi ular tangga.

"Mbake tadi siapa namanya, Mbak?" tanya si pemuda lagi, sambil memajukan wajahnya ke arah meja.

"Maia," balasnya datar. Dia sudah menyebutkan namanya lebih dari tiga kali sepanjang obrolan panjang (tapi nggak panjang-panjang amat) mereka. Dan otak pemuda ini masih belum sanggup juga menyimpan empat huruf sederhana itu. Belum saja Maia sebutkan nama panjangnya, bisa mimisan barangkali dia.

ElevateOù les histoires vivent. Découvrez maintenant