42

512 36 3
                                    

"How was your life?" Kale membuka pembicaraan setelah mengucapkan terima kasih atas teh yang disuguhkan kepadanya.

"Amazing." Jawabnya dengan senyum paksaan. Lagi, wajahnya berbohong akan tetapi sorot mata tidak dapat menipu. Kale yang sadar akan kebohongan mantan istrinya tersenyum simpul.

"Sama."

Hening.

"Aku denger dari Mami, kamu kerja di L.Inc ya?" Ia mencoba mencairkan suasana.

"Ya, dan kamu juga udah wisuda berarti?"

"Udah, bulan lalu."

"Gimana rasanya koas?" Sara tertawa pelan. Hal yang paling ia takuti setelah kadaver adalah masa dimana ia harus terjun langsung ke masyarakat.

"Stress enough yet crazy."

Lantas keduanya tertawa bersama.

"Kamu tahu? Aku satu rumah sakit sama Laura-Ai. Meanwhile Nathan dapet jauhan."

"Oh ya?" Sara terdengar antusias. "Nathan sama Laura gimana?"

"Udah putus."

Sara terkejut tentu saja.

"Kenapa?"

"I don't know. Tapi sekarang Ai sama Nathan, Laura sama Mark."

"Really?" Wajah terkejutnya tentu tidak dapat disembunyikan dengan jelas. Kale hanya mengangguk, ikut antusias. "Wait, kamu berarti mau lanjut ambil spesialis?"

Lagi-lagi Kale mengangguk. "Spesialis anak. Sebelum kamu tanya, aku udah jawab nih." Candanya. Sontak membuat Sara tersenyum.

Percakapan mereka mengalir begitu saja. Rasanya seperti kembali ke masa lalu. Masa dimana semuanya masih terasa indah di mata Kale—dan Sara mungkin?

"Kamu habis ini balik Jakarta?" Tanya Sara memandangi pria itu.

"Pengennya, tapi stay for a night in Bandung sounds fun, doesn't it?"

"Tidur di sini aja." Ucapnya.

Kalimat wanita itu sungguh terdengar ambigu. Entah bagi Kale maupun bagi Sara sendiri yang baru sadar.

"Eh—maksud aku, kamu bisa tidur sama Kak Adam di unitnya. Kemarin, dia nawarin sendiri."

Adam ya?

"Is he good?" Tanya Kale sendu. "Adam."

Sara sempat tertegun barang sejenak ketika melihat tatapan kecewa pada netra Kale.

"Yeah, he's good." Jawabnya singkat. Matanya menghindar dari sorot mata itu.

"Sara, kamu tahu maksud aku kesini?"

Wanita itu terdiam dengan pandangan kosong menatap Kale.

"Sara—" Lirihnya.

Sempat menarik napas sejenak, "Balik sama aku ya?"

"Kita ulang lagi semuanya dari awal."

Setitik air mata dapat Kale lihat menuruni wajah ayu itu. Tergesa, Sara menghapusnya lalu menundukkan wajah bermaksud mengatur napas.

"Malam setelah aku nganter kamu pulang, aku janji sama diri aku buat nunggu kamu empat tahun. But it turns out ternyata aku telat satu tahun buat ketemu kamu. Aku pikir satu tahun itu kamu bisa settle down dulu sama karir kamu. Jadi, aku sengaja undur satu tahun buat bisa sampai di titik sekarang."

"Aku juga bisa nyelesaiin koas, tinggal persiapan ambil spesialis. Lalu kita mulai semuanya dari awal."

"Dulu, aku bilang ke kamu, kalau kamu mau aku berhenti, then I'll stop. Aku gak akan maksa kamu di sini. Aku rasa kamu juga udah cukup dewasa untuk memikirkan ulang tentang kita."

Something, We Called It LoveWhere stories live. Discover now