43

544 71 8
                                    

Kontrak kencan 30 hari Jagat dan Gemi akan berakhir tinggal menghitung hari. Meski Dewi sempat mencurigai sesuatu di antara mereka dan sampai menyetop Gemi untuk menjemput Jagat, kencan mereka masih berjalan. Yang namanya cita pasti akan menemukan jalannya sendiri.

"Masih semingguan lagi, Mbak." celetuk Jagat saat ia dan Gemi sama-sama terdiam menikmati pentol sambil main ayunan.

Gemi mendongak, otaknya mencoba terkoneksi dengan ucapan Jagat. "Oh, itu. Lha terus kenapa?"

"Aku cuman takut Mama tau hal ini sebelum kontraknya selesai." sampai Jagat seraya menyuap dua buah pentol ke mulutnya.

"Awas, entar keselek." Gemi melihatnya dan lantas memperingatkannya.

Jagat memajukan satu tangannya, mengisyaratkan bahwa ia akan baik-baik saja. "Terkait itu, menurutmu gimana, Mbak?" tanyanya setelah menelan dua pentol.

"Mau gimana lagi, udah resiko, ya, dihadepin aja." tanggapan Gemi santai.

"Kalo Mama nyuruh kita putus?" lanjut Jagat.

"Lihat sikon kalo itu." jawab Gemi.

"Berarti ada kemungkinan putusnya?" Jagat mendadak cemas mendengar pernyataan Gemi.

"Mungkin aja." Gemi menyautinya dengan mantap.

Jagat sontak merengut, "Mbak, kan, janji gak akan putus sebelum kontrak berakhir." protesnya.

"Lha kalo kondisinya memaksa kayak gitu, mau gimana lagi? Aku gak mau merusak hubunganmu sama Mamamu." Gemi memberi penjelasan lanjut.

"Tapi, kan, Mbak udah janji." Jagat mengotot, perasaannya seketika buruk mendengar Gemi bicara demikian.

"Aku udah berusaha buat pegang janji, tapi kalo taruhannya hubunganmu dan Mamamu ... Aku lambaikan tangan ke kamera." Gemi menyampaikannya sangat serius, sampai-sampai menghentikan santap pentol favoritnya.

Jagat dibuat tidak bisa berkata-kata, ia cuma bisa menatap Gemi dengan seribu tanya di benaknya. Ucapan Gemi ada benarnya dan sialnya Jagat tidak bisa menampik.

"Aku harap Mama gak tau sampai akhir." hanya itu yang dapat Jagat katakan.

"Mudah-mudahan." Gemi mengamini.

Jagat bergeming memalingkan wajah, seleranya untuk menghabiskan pentol menguap sudah. Perasaannya benar-benar tidak nyaman setelah Gemi membuat pernyataan tersebut.

Gemi tersenyum kecut, ia sendiripun merasakan hal sama seperti Jagat. Meski perasaannya pada Jagat tidak begitu mendalam, tapi sebenarnya ia belum siap melepaskan. Gemi sudah berusaha keras untuk tidak masuk terlalu dalam. Tapi pesona Jagat, menyeretnya terlalu jauh. Sampai membuatnya lupa kalau hubungan mereka hanya 30 hari.

Aku gak ingin Kamu jadi pelangiku, Dek. Tapi ... Aku ingin Kamu jadi hari-hariku.

...

Jagat tampak lesu, selama pembelajaran berlangsung pikiran Jagat malah berkelana ke sana ke mari. Begitu pembelajaran usai, yang Jagat lakukan adalah melipat tangan di atas meja lalu membenamkan kepalanya di sana. Bukan hanya Jagat yang melakukan demikian. Rekan sebangkunya, si Amar, pun melakukan seperti itu. Bima sampai heran bukan kepalang dengan kekompakan duo sebangku itu.

"Kalian kenapa, tho? Kompak banget sikapnya." Bima menanya heran.

Amar menghela napas berat, kemudian Jagat menyusul demikian.

"Heh, ditakoni malah mbisu wae (ditanyain diem aja)!" gertak Bima seraya menjitak kepala mereka bergantian.

"Loro (sakit), cuk!" Amar mengumpat. Sementara itu, Jagat tidak merespon apa-apa, ia seolah mati rasa.

SARANGHAE, MBAK! [TAMAT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang