9

890 114 9
                                    

Jagat kembali dijemput oleh Dewi seperti biasa. Ibu tunggal itu selalu menyempatkan waktu untuk menjemput anaknya sebagai ikhtiarnya memperbaiki hubungan.

"Orang yang jemput Aku kemarin, orang baru, ya?" Jagat acak menanya setelah hening selama perjalanan.

"Mbak Gemi maksudmu?" Dewi memastikan.

Jagat mengangguk sekali.

"Eum, iya. Dia baru masuk kemarin menggantikan OG yang berhenti."

"Dia tukang bersih-bersih, Ma?" saut cepat Jagat agaknya terperanjat.

"Iya, memangnya kenapa?" Dewi mengerutkan dahi.

Jagat menggeleng, "Kupikir pegawai bagaian apa gitu." ungkapnya.

Dewi manggut-manggut, "Kita mampir ke kantor Mama dulu, gapapa? Mama mau ngambil berkas yang ketinggalan." sampainya.

Jagat reaktif mengangguk, "Gapapa." sebuah seringai samar-samar terbit di ujung katanya.

"Oke, kalo gitu."

...

Gemi hendak membuang sampah kala Sekar memanggilnya.

"Kamu repot, gak?" tanya Sekar.

"Gak juga, kenapa, Mbak?" Gemi menahan langkahnya.

Sekar menahan ucapannya sembari mengambil sesuatu dari meja resepsionisnya. "Ini, tolong anterin ke ruangannya Pak Dirman, ya. Beliaunya lagi badmood, Aku males ngadepinnya."

Alis sebelah Gemi menukik, "Badmood, Mbak?" ia merasa kurang jelas.

"Iya, pokoknya kalo Kamu ketemu orangnya, jangan berani ngomong sepatah kata pun." Sekar memelankan suaranya dan mengode Gemi untuk mendekat.

Gemi membawa kantong sampah yang mau dibuangnya mendekati Sekar. "Memangnya kenapa kalo sampai Saya ngomong, Mbak?" ia kepo.

"Hati-hati, Kamu bisa kenak semprot nanti. Apa pun yang Kamu ucapkan, bakal salah di matanya. Kalo Kamu pernah nonton My Stupid Boss, persis banget karakternya. Cuman beda raga aja." kuak Sekar seperti ibu-ibu gosip di RT sebelah.

Gemintang menyimak saja dibilangi seperti itu. Dua kali berpapasan, sang orang yang dibicarakan memang mencerminkan karakter seperti itu.

"Udah, nih, Kamu anter sana! Hati-hati, ya." Sekar memasrahkan kotak paketan itu ke Gemi.

"Harus Saya, Mbak?" Gemi jadi ragu untuk mengantarnya setelah diceritakan demikian.

"Iya, siniin kantong sampah itu! Biar Aku yang buang." Sekar keluar sangkarnya dan mengambil alih kantong sampah tersebut.

"Mendingan buang sampah ketimbang ngadepin bos yang lagi pubertas." ujar Sekar seraya meninggalkan Gemi.

"Mbak, Saya harus nganter ini?" Gemi memastikannya lagi karena ragu.

Dari kejauhan Sekar mengangguk.

Gemi mengurai napas kasar nan pendek, ia pasrah diperintah.

"Yoweslah (yaudahlah), coba dilihat aja seberapa gregetnya." Gemi menegapkan tubuh, lalu mengangkut barang tersebut.

"Gem, mau ke mana?" suara tidak asing terdengar dari arah belakang.

"Eh, Bu De." lontar Gemi saat berbalik. Ia mendapati Dewi bersama anak SMA yang mengancamnya tadi.

"Gat, sana bantuin Mbak Gemi!" perintah Dewi pada anaknya melihat Gemi menggotong barang besar.

"Eh, ndak usah, Bu De. Sa-" omongan Gemi terpenggal oleh tindakan Jagat meraih barang tersebut.

SARANGHAE, MBAK! [TAMAT] Where stories live. Discover now