33

584 81 2
                                    

Gemi tegang menunggu hasil pembicaraan antara Halimah dan Nakula di ruang tamu. Ia sudah menyumpal kupingnya dengan headset dan memutar lagu-lagu Didi Kempot kesukaannya. Meskipun begitu, lagu Suket Teki yang mengumandang di telinganya beradu seimbang dengan suara Halimah yang cukup nyaring.

Maklum saja, rumah Suryo dan keluarga bukanlah rumah yang kedap suara. Sehingga suara dari mana-mana bisa diteruskan dan terdengar baik.

"Nduk..." tidak lama kemudian suara Halimah menggaung dan diikuti kehadirannya.

Kuping Gemi langsung menyaut suara Halimah, ia melepas headset dan bangun.

"Gimana hasilnya, Buk?" Gemi tak sabar mendengar jawabannya.

Halimah mendekat, duduk di ujung ranjang Gemi dan berkata, "Masmu sepertinya masih mempertimbangkan."

Gemi lantas merapatkan diri ke Halimah dan memeluk lengan sang ibu. "Lha, Ibuk bilang gimana ke Mas Kula?" ia butuh kejelasan meski tadi samar-samar mendengar ucapan Halimah.

"Yea, Ibuk bilang apa adanya. Alasanmu merahasiakannya, trus juga penderitaanmu selama di kantor lama, dan seterusnya. Panjang lebar, Ibuk males ngulangnya." papar Halimah.

Gemi mengangguk-angguk, "Lha terus, besok?"

"Kalo udah sehatan, ya, kerja sana. Ibuk males lihat Kamu di rumah cuman nonton drama dan nggak ngapa-ngapain. Mending ke sawah sekalian bantuin tandur." jawab Halimah bikin Gemi meringis.

"Kan, Aku udah ngabisin dua mangkok bubur katamu, Buk." balas Gemi sambil bergelayutan di lengan Halimah.

"Lha, tarah iyo, tho (emang iya, kan)?"

Gemi terkekeh, lalu ia memeluk Halimah.

...

"Jagat!"

Jagat yang akan melangkah ke toilet dihentikan oleh suara yang memanggilnya dari belakang. Ia memutar badan, menghadap si pemilik suara.

"Apa?" sautnya dengan air muka sedikit terkejut.

"Kamu gak ember, kan, ke Mbak Gemi soal kejadian waktu itu?" lontar si pemilik suara.

Jagat spontan mendelik. Mbak Gemi? Ayu kenal Mbak beruang? Jagat terbengong menanya-nanya di bebaknya.

"Hei, malah diam aja!" si pemilik suara alias Ayu menghentakkan dunia Jagat.

Jagat menyadarkan diri, berekspresi wajar seolah sudah mengetahui hubungan Gemi dan Ayu.

"Belum." jawab Jagat setelah merenung sesaat.

"Kuingetin, jangan ember!" tekan Ayu penuh peringatan keras.

Jagat mengangguk, "Lihat sikon." sautnya.

"Awas aja ember!" Ayu mengancam, tapi yang diancam seperti acuh tak acuh.

Ayu merengut sebal, matanya tak lepas menaruh tatapan tajam pada Jagat. Sekian sekon kemudian, ia merasa urusannya cukup dengan Jagat. Iapun memutar langkah dan pergi.

"Tunggu!" giliran Jagat yang ganti menyegah langkahnya.

Ayu memutar badan ke titik semula, menanyai Jagat apa perlunya.

"Biar impas, Aku mau tau satu hal." Jagat mengutarakannya.

"Apa?" Ayu langsung cepat menanggapi.

Jagat membuang napas pendek dari hidungnya, terlihat ragu untuk menanyakan sesuatu yang terus mengganggu benaknya.

SARANGHAE, MBAK! [TAMAT] Where stories live. Discover now