13

804 108 2
                                    

Gemi terserang pilek akibat aksi heroiknya meminjamkan jaketnya untuk Jagat, padahal dirinya sendiri tidak tahan dingin. Belum lagi, gerimis yang melanda pasacahujan ikut menyumbang penyebab pileknya.

"Kamu gak enak badan, Gem?" Endah menaruh perhatian ke Gemi yang sejak tadi bersin-bersin seraya mengelap hidungnya yang terus meler.

"Cuman pilek biasa, Mbak. Kemarin abis kena hujan." terang Gemi tidak ingin membuat siapa pun rekannya khawatir.

"Oalah, gitu. Aku punya obat pilek yang ampuh, Kamu mau?" Endah menawari.

"Boleh, Mbak. Kebetulan Aku belum beli obat." Gemi senang hati menerima tawaran Endah.

"Yowes, abis ini tak ambilin obatnya." ujar Endah.

"Siap, Mbak!" Gemi menusap ingusnya lagi yang turun gara-gara ia menunduk. Ia terus menjalankan tugasnya mengepel bersama Endah.

...

Jagat kali ini absen bergabung dengan teman-temannya yang main bola di lapangan. Ia memilih di kelas sambil memandangi gawainya.

"Kamu ngeliatin apa sampai segitu seriusnya, Gat?" tanga Amar yang kembali dari lapangan dengan peluh membanjiri tubuhnya.

Jagat sempat terhenyak, "Gak ada." jawabnya sambil menunjukkan layar beranda yang ia lihati dari tadi.

Amar memicing heran, "Apa bagusnya layar berandamu sampai dilihatin serius gitu? Kamu gak abis nonton gituan trus pura-pura nyuguhi beranda ke Aku, kan? Hayo, ngaku!" Amar curiga.

"Ngawur Kamu! Mataku masih suci dari kek gituan." Jagat menyanggahnya.

"Heleh, lambemu! Waktu itu Aku sama Bima nonton film horor ada adegan kek begituannya, Kamu ikut lihat juga. Gak usah sok suci, Gat ... Jagat!" bantah Amar keras.

Jagat meringis keledai, "Kamu yang ngajak!" akunya pada akhirnya.

"Lah, Kowe ne yo gelem (Kamunya juga mau). Aku kan hanya mengajak, apa salahnya? Namanya ajakan, bisa diterima bisa enggak. Tergantung Kamu." Amar punya alibi yang kuat.

"Kamu terus menghasutku, siapa yang gak kepincut." Jagat selalu punya celah agar tidak menjadi pihak yang salah sepenuhnya.

Amar berdecak, "Masane Aku syaitonirrohim po pie (emangnya Aku setan apa), huh! Ana-ana wae (aadj)!" semprot Amar.

"Kamu loh yang nyebut, bukan Aku!" tanggapan Jagat mengundang amukan Amar. Ia pun didamprat oleh rekan sebangkunya tersebut.

"Kak Jagattt..."

Di tengah pergulatan antara Jagat dan Amar, mendadak datang suara riuh dari luar kelas memanggil nama Jagat begitu kompaknya.

Jagat dan Amar menyudahi pergulatan, mereka menanggalkan bangku dan menghampiri segerobol siswi yang memanggil Jagat.

"Iya, ada apa?" si pihak yang dipanggil membalas sapaan itu.

Beberapa dari gerombolan itu terlihat mendorong-dorong salah satu temannya yang membawa sebuket jajanan ringan.

"Ini, Kak. Si Ayu mau nyampein sesuatu ke Kak Jagat." sampai siswi di sebelah siswi yang membawa buket.

"Aroma-aromanya ada yang nembak, nih." bisik Amar menggoda.

Jagat menjauhkan Amar dari telinganya, bisikan itu menggelikan telinganya.

"Apa?" Jagat menanggapinya cepat.

"Ayo, ngomong! Katanya Kamu suka sama Kak Jagat."

"Ayo, nyatain! Jangan diem aja!"

Para siswi itu mendesak si siswi pembawa buket.

SARANGHAE, MBAK! [TAMAT] Where stories live. Discover now