14

808 104 0
                                    

"Kamu siapa? Ngapain di sini?" Endah baru datang dari perginya dan menemui ada orang asing di markasnya.

Jagat berdiri, "Saya Jagat, putranya Bu Dewi pegawai di sini." ia memperkenalkan diri.

Endah yang awalnya sinis, berubah manis. Ia tidak jadi menginterogasi Jagat yang masuk ke rungan itu tanpa izin.

"Kamu anaknya Bu Dewi, tho? Ngapain sampek di sini? Kamu bisa langsung nemuin Bu Dewi ke ruangannya." tanya Endah.

"Saya disuruh Mama buat nemuin Mbak Gemi, tapi Mbak Gemi..." terang Jagat seraya melihat ke arah Gemi yang pulas di atas tikar.

"Dia tidur habis minum obat." Endah memberi tahu.

"Mbak Gemi memangnya kenapa?" Jagat terkejut.

"Dia lagi gak enak badan hari ini, katanya abis kehujanan." jelas Endah.

Jagat mengangguk, ia termenung mengingat momen hujan kemarin. Hujan yang tak kunjung mereda memaksa mereka harus menerjangnya. Berbekal sepasang jas hujan yang bagian atasnya dipakai Jagat dan bawahannya Gemi, mereka nekat laju. Imbasnya, Gemi seperti ini.

"Yowes, kalo gitu. Tak tinggal dulu." pamit Endah mau pergi mengerjakan sesuatu.

"Jangan berbuat yang macam-macam, lho! Biarin Gemi istirahat dengan tenang." pesan Endah sambil lalu.

Jagat mengangguk, dalam hati berujar, "Perbuatan apa yang bisa kulakuin ke beruang hibernasi ini? Diseret-seret aja gak bangun."

Jagat membuka tasnya, mengeluarkan jaketnya dan memasangkan ke tubuh Gemi. Selepas itu, ia bangkit dan pergi dari sana.

...

"Gem, Gem, bangun, Gem!" Endah menggoyang-goyangkan tubuh Gemi.

Gemi membuka mata perlahan setelah beberapa kali mendapat guncangan dari Endah.

"Bangun, Gem. Udah jam lima sore, waktunya pulang." Endah memberi tahu.

Sontak saja Gemi membelalak, "Jam lima?" suaranya terdengar parau.

Endah membenarkan dengan anggukan.

Dengan kepala yang terasa berat, Gemi beranjak bangun. Endah melihatnya kesusahan lantas membantu.

"Kamu merasa kuat, gak, buat pulang? Kalo enggak, biar kuantar." Endah merasa khawatir bila membiarkan Gemi pulang sendiri melihat kondisinya seperti itu.

Gemi menggeleng, "Insyaallah masih, Mbak. Aku kan cuman pilek."

"Bener, Gem? Nanti kalo Kamu kenapa-kenapa di jalan, gimana? Kamu kan naik sepeda, Gem." Endah mencemaskan keputusan Gemi.

"Halah, rumahku deket, kok, Mbak. Mbak En pulang aja duluan, nanti anaknya sampean nungguin." Gemi keras menolak.

"Beneran ini?" Endah masih belum yakin.

"Iya, Mbak En pulang aja duluan." Gemi mantap berucap.

Endah tidak kuasa memaksa, ia pun akhirnya memutuskan pulang duluan tanpa mengantar Gemi. Sebelum beranjak Endah menyampaikan, "Tadi anaknya Bu Dewi ke sini dan nungguin Kamu. Karena kelamaan, mungkin udah pulang."

Gemi terperanjat, ia baru ingat tadi bertemu Jagat sebelum hibernasi. "Oh, gitu."

"Aku pulang duluan, ya. Assalamualaikum..." pamit Endah.

"Waalaikumsalam, hati-hati, Mbak." balas Gemi.

Gemi meregangkan badannya yang kaku-kaku, kemudian bergerak bangun. Namun begitu berdiri, Gemi baru menyadari ada jaket yang melingkupi badannya. Ia mumut jaket yang dirasa bukan jaketnya itu.

SARANGHAE, MBAK! [TAMAT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang