7

1K 116 0
                                    

"Mbak, bangun, Mbak!" Jagat menutulkan ujung gawainya ke lengan Gemi yang menghalau matanya.

"Mbak ... udah sore, Mbak..." Jagat melakukannya lagi.

Gemi yang pulas terhenyak, matanya langsung terbuka lebar begitu otaknya menyadari ia ketiduran. Gemi sontak bangun, praktis menutup wajahnya karena malu kedapatan tidur di teras rumah orang.

"Jam berapa ini?" Gemi menanya dengan suara paraunya.

"Jam 4 lebih 8 menit." Jagat menjawabnya.

"Apa???" Gemi membuka singkap wajahnya, ia terkejut bukan kepalang.

Masih kurang percaya Gemi merogoh gawainya, ia memastikan dengan mata kepalanya sendiri.

Benar, kata Jagat apa adanya. Selisih satu menit saat ia mengeceknya.

"Saya boleh numpang ke kamar mandi sama solat?" Gemi tak kuasa lagi dengan wajah kucelnya, ia terus menutup muka.

Jagat mempersilahkan dengan menunjuk pakai dagunya ke dalam.

"Sebelah mana?"

Jagat bangkit, lalu mengantar Gemi ke tempat yang ia cari. Usai mengantar ke kamar mandi, Jagat pergi menyiapkan alat salat dan tempatnya. Kamar tamu yang terletak di sebelah ruang tamu menjadi pilihannya. Tidak menampik kodrat, Gemi seorang perempuan, pasti perlu tempat salat yang tertutup dan lebih privasi. Selesai menyiapkan ia menuju ruang tamu dan duduk di sofa.

Gawai Jagat berdering manakala ia akan menyenderkan punggungnya ke sandaran sofa. Terpampang mamanya memanggil.

"Assalamualaikum, Kak, Kamu udah di rumah?" buka Dewi dari jauh sana.

"Waalaikumsalam, udah." jawab Jagat singkat.

"Oalah, yaudah. Kalo Mbak Gemi di situ atau udah kembali ke kantor? Mama telpon dari tadi gak diangkat-angkat." Dewi ganti menanyai keberadaan Gemi.

"Di kamar mandi." Jagat menjawabnya pendek.

"Kamar mandi? Apa yang-"

"Mama tanya sendiri sama orangnya." sela Jagat melihat Gemi yang selesai dengan urusan kamar mandi. Ia mengarahkan gawainya ke Gemi yang mendekat.

"Apa?" Gemi bingung.

"Mama nyariin Mbak." balas Jagat sambil memberikan gawainya.

Gemi menggunakan ujung jilbabnya untuk meraih gawai Jagat. Ia tak ingin dibatalkan lagi wudunya. Berhasil menerimanya, Gemi segera menimpali Dewi.

"Iya, Bu De. Saya masih di rumah Panjenengan (Anda), soalnya tadi..." Gemi malu mengatakannya.

Jagat berdecak lirih, wanita itu jaga muka sekali. Padahal tadi tidur di emper orang tanpa malu-malu, mendengkur lagi.

"Nganu (itu), Bu De..." Gemi mendekatkan mulutnya ke sepiker, lalu berbisik menceritakan kronologi yang terjadi hari ini. Ia menggeser posisi menjauhi Jagat agar tidak terlalu malu-maluin.

...

Gemi dan Jagat sampai di kantor tempat Gemi kerja pukul 5 sore. Di sana Dewi telah menanti kedatangan mereka. Hanya mengobrol sebentar, mereka lalu berpisah. Dewi mengantar Jagat ke tempat bimbel, sementara Gemi bersiap pulang.

"Dari mana aja, Gem? Kat mau ra ketok baneke (dari tadi gak kelihatan batang hidungnya)?" tanya Endang saat berpapasan di lobi.

"Dapat tugas negara dari Bu Dewi, Mbak. Maaf, ya, Aku keluyuran di tengah jam kerja." Gemi merendahkan sedikit punggungnya meminta maaf.

SARANGHAE, MBAK! [TAMAT] Where stories live. Discover now