19- DIEM ATAU GUE CIUM?

Start from the beginning
                                    

"Bukan hanya mereka bos, ada satu perempuan yang ikut membantunya" perkataan itu sukses membuat Fero terkekeh geli.

"Perempuan? Dan kalian kalah melawannya?!" Ziko menjawab dengan anggukan kecil

"Lemah! Kalian semua memang tidak bisa diandalkan! Melawan perempuan saja tidak sanggup!!!!" Setelah mengatakan itu Fero melempar tubuh ziko ke tembok. Akibatnya tubuh ziko terbentur dengan sangat amat keras.

"Arghh!!" Jeritnya

"Dasar lemah! Sia sia saja saya menyuruhmu!" Fero hendak pergi meninggalkan ziko yang sedang terbaring lemah. Tetapi sesaat kemudian ia menoleh dan melemparkan satu bendel uang kertas berwarna merah ke arahnya.

"Untuk kau berobat! sekali lagi saya melihat kamu gagal dalam menjalankan tugas saya pastikan kamu tidak bisa melihat matahari selanjutnya"

*   *   *   *   *

"Kita pamit dulu ya Van, sa" ucap Fira seraya menatap Revan dan salsa bergiliran

"Kita pulang dulu bro jangan kangen Lo!!" Gilang menjerit dari atas motornya.

Revan hanya memutar bola matanya malas "Najis"  sahutnya singkat

"Jahat!!!" Gilang menatap nya tajam

"Gue sama anak pungut ini pulang dulu Van. Kalo ada apa apa kabarin aja" ujar arbi dengan Santainya seraya menepuk pundak Gilang.

"Eh anjir! Lo bilang gue anak pungut?!!" Cicit Gilang sembari menatap arbi dengan tatapan tidak percaya

"Canda" celetuk arbi dengan ekspresi yang datarnya.

"Ck!"

"Yaudah kita pulang dulu dah Salsayang!! Revanjing" Gilang melambaikan tangannya Seraya tersenyum lebar ke arah mereka berdua. Sementara Revan menatap nya emosi kemudian ia mengambil sendalnya siap untuk memukul temannya itu.

"Gue gampar juga Lo walang sangit!!!" Revan berlari mengejar Arbi dan gilang dengan niat hati ingin memberi Gilang pelajaran akan tetapi sudah terlambat manusia menjengkelkan itu sudah jauh dari pekarangan rumahnya.

Revan menatap hampa kepergian teman temannya itu kemudian dia berbalik hendak memasuki rumahnya sementara salsa hanya tertawa terbahak-bahak melihat kelakuan Revan.

"Napa Lo ketawa?" Tanya Revan saat sampai didepan salsa.

"Lo kayak anak kecil tau nggak sih hahaha"

"Li kiyik inik kicil tii nggik sih hihihi" Revan menirukan ucapan salsa tetapi mengganti huruf a menjadi i. Salsa yang mendengar itu refleks memukul lengan Revan dengan keras.

"Awhh" Revan meringis kesakitan seraya mengelus lengannya yang terasa panas.

"Bisa nggak sih nggak usah nabok! Sakit tauu" Revan terus mengusap lengannya sesaat kemudian ia melihat luka yang ada di sudut bibir gadis itu.

"Ayok" Revan menarik tangan salsa dengan halus. Sementara salsa hanya mematung melihatnya.

"Mau kemana?" Tanya salsa dengan sedikit keheranan

"Gue mau obatin luka Lo" sahut Revan seraya melirik sekilas sudut bibir salsa.

"Nggak usah diobatin. Lagian cuma gini doang" salsa berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Revan akan tetapi sulit sekali rasanya genggaman itu terlalu kuat.

"Gini doang?" Tanya Revan dengan santai kemudian ia mendekatkan wajahnya ke wajah salsa. Tangan Revan terangkat dan tiba-tiba ia menyentuh ujung bibir salsa yang sedikit terluka.

"Awhhh" dengan cepat salsa memundurkan wajahnya

"Sakit tau!" Sentaknya dengan wajah cemberut

"Kan sakit makannya di obatin" Revan terkekeh seraya mencolek hidung pesek milik salsa.

REVANZA (END)Where stories live. Discover now