---tujuh---

1.9K 230 21
                                    

Aidan membuka pintu rumah dengan sangat hati hati. Malam ini Aidan melanggar janjinya pada Sera, awalnya tadi jam sembilan Aidan sudah akan pulang ke rumah namun tiba tiba teman temannya mengajak Aidan untuk berdiam diri lebih lama di cafe.

Aidan sadar akan kesalahannya, dia juga takut kalau Sera akan kena imbasnya. Tapi namanya juga penyesalan, tidak mungkin datang di awal. Sekarang Aidan hanya bisa berdoa supaya Sera tidak ikut serta dimarahi karena Aidan telah melanggar aturan.

"Sudah jam berapa ini?" Suara Abi membuat Aidan tercekat dan menghentikan langkahnya.

"Eh ayah ngehehe." Aidan mengeluarkan cengirannya yang membuat Aidan menggelengkan kepalanya.

Abi menurunkan kacamatanya lalu menatap Aidan dengan tatapan datar. "Kamu tau kamu melanggar aturan rumah ini?"

"Maaf yah tadi anu aku ada urusan di jalan. Aku udah bilang sama bunda kok." Ujar Aidan gelagapan.

"Ayah tau bunda kamu coba buat nutupin kebohongan kamu."

Aidan terdiam, ini memang salahnya. Seandainya saja Aidan tidak melanggar mungkin ayahnya akan percaya jika Aidan benar benar di suruh oleh Sera.

"Jangan marahin bunda ya ayah. Marahin aku aja, ini salah aku kok yang gak coba buat jujur ke ayah." Ujar Aidan dengan wajah penuh penyesalan.

"Ini harus jadi terakhir kalinya kamu seperti ini."

"Iya, yah."

"Denger, kamu kayak gini sekarang tuh bener bener gak ada gunanya Aidan. Sekali lagi kamu kayak gini, ayah gak akan segan segan ancurin semua koleksi gitar gitar kamu." Ancam Abi yang terdengar serius kali ini.

"Tapi ini hobi aku, yah. Harusnya ayah ngedukung."

"Masih banyak hal yang bisa kamu jadiin hobi."

"Aidan sukanya ini ayah! Aku mau jadi musisi."

"Jadi musisi itu gak ada gunanya!"

Abi menghela nafas berat. "Sekarang masuk kamar, tidur. Besok kamu harus sekolah." Abi berbalik berniat pergi ke kamar.

"Dulu ayah juga bercita cita menjadi seorang musisi kan yah." Ucapan Aidan membuat Abi menghentikan langkahnya dan kembali berbalik ke arah anak itu.

"Enggak. Ayah gak pernah bercita cita menjadi seorang musisi." Abi menyangkal ucapan Aidan.

"Tapi ayah biarin Nala les piano, itu artinya ayah memperbolehkan Nala menjadi seorang pianis kan?" Ujar Aidan.

"Ai, kamu— "

"Gak apa apa kalo sekarang ayah melarang aku lakuin apa yang aku mau. Tapi aku bakal nunjukin ke ayah kalo seorang musisi juga bisa sukses." Ujar Aidan lalu pergi ke kamarnya meninggalkan Abi yang masih berdiam diri di sana.

"Laki laki itu harus benar benar mementingkan masa depannya." Gumam Abi sambil memijat pangkal hidungnya.

Abi sebenarnya bukan melarang, hanya saja Abi hanya ingin melihat putranya fokus sekolah dan menjadi seseorang yang lebih hebat dan berguna dibanding menjadi seorang pemain musik.

----

Sera duduk di kursi bagian paling depan untuk melihat Nala tampil di atas panggung. Anak itu terlihat sangat anggun saat mengenakan dress selutut berwarna putih tulang. Di panggung yang megah itu Nala menampilkan Piano concerto No.23 movement by Mozart. Ini lagu klasik. Entahlah Sera merasa Nala membawakan lagu ini dengan perasaan yang sangat mendalam mengingat Nala itu seorang perasa.

Sejak Nala berumur 12 tahun entah kenapa Sera merasa jauh dengan Nala. Anak itu sudah tidak sebawel dulu. Mungkin karena pubertas, sehingga Nala sedikit membuat jarak dengan Sera. Belum lagi karena permasalahan kemarin, membuat Nala begitu canggung pada Sera.

INEFFABLE [Completed] Where stories live. Discover now