---duapuluh---

1.4K 186 28
                                    

terimakasih kalian yang udah kasi dukungan:)

Pandangan anak perempuan berusia 13 tahun itu tunduk ke bawah. Matanya berkaca kaca akibat teguran yang di sebabkan oleh sang ayah. Seperti yang kita tau seorang Abi kalau sudah marah seperti apa. Intinya ketika Abi marah, tidak ada satupun yang bisa menyangkal ucapannya.

Abi menatap Nala dengan tatapan kecewa, sementara tangannya memegang benda pipih berwarna putih di tangan kanannya.

"Maaf ayah." Suara Nala bahkan bergetar saking takutnya.

"Mau kamu yang putusin atau ayah yang telpon anaknya?"

"Ayah tapi-"

"Oke, ayah berarti yang harus telpon." Abi siap siap menekan tombol telpon pada salah satu kontak di aplikasi chatting milik putrinya itu.

"Jangan ayah, biar aku aja."

Abi mengurungkan niatnya lalu menghela nafas ringan. "Sekarang ayah tanya, kamu mau sekolah apa mau pacaran?"

Nala mendongakkan kepalanya, menatap Abi dengan air mata yang sudah menetes keluar. "Mau sekolah."

"Yaudah kalo gitu ngapain pacar pacaran. Kamu tuh masih minor, belum waktunya. Lagian kamu udah janji kan sama ayah gak akan pacaran sebelum lulus sekolah. Kenapa sekarang ingkar."

"Emangnya kenapa sih ayah, Ella juga pacaran. Om Jeff gak marah waktu tau Ella punya pacar." Ujar Nala tersedu sedu.

Abi memijat pangkal hidungnya, kenapa anak perempuan ini sangat susah di kasih tau. "Kamu itu anak ayah, bukan om Jeff."

Aidan yang melihat kejadian itu hanya terdiam. Dia sendiri bingung harus bereaksi seperti apa sekarang, padahal awalnya Aidan pikir menyembunyikan rahasia Nala adalah hal terbaik. Tapi sayangnya Abi tahu lebih dulu.

"Nala gak mau putusin Justin!" Kekeuh Nala.

"Oke gak apa apa. Tapi mulai besok, berhenti sekolah."

Sontak tangisan Nala semakin pecah saat mendengar kalimat Abi barusan. "Ayah jahat!"

"Terus aja beranggapan seperti itu. Ayah biayain kamu sekolah buat kamu belajar, bukan buat pacaran." Ujar Abi.

"Ayah gak ngerti perasaan Nala. Ayah egois."

"Denger, ayah tau mana yang terbaik buat kamu. Apalagi kamu itu perempuan, kamu adalah sesuatu yang sangat berharga untuk ayah." Abi berucap tegas.

"Ayah gak pernah sayang sama Nala, ayah cuman sayang sama Diana. Ayah gak pernah nurutin kemauan Nala kayak ayah nurutin kemauan Diana."

"Nala, ngomong apa sih kamu ini hah!" Bentak Abi tanpa sengaja. Hal itu keluar begitu saja, padahal niat awal Abi tidak seperti itu.

"Udah dong jangan bentak bentak." Tegur Sera saat Abi membentak Nala di hadapannya. Sekarang saja Nala menagis di pelukan Sera.

"Jangan pernah banding bandingkan rasa sayang orang tua. Kalian semua itu anak ayah, dan ayah tau mana yang terbaik buat kalian." Ujar Abi.

Semua anak anaknya terdiam, bahkan Diana yang biasanya sangat bawel tiba tiba diam sambil menatap Abi dengan tatapan polos. Lebih tepatnya Diana tidak mengerti apa yang sedang terjadi.

"Handphone kamu ayah tahan. Gak ada gadget dan gak ada keluar rumah."

"Nala benci sama ayah!" Ujar Nala lalu berlari ke kamarnya.

Abi membuang nafas kasar, dia sampai saat ini tidak percaya Nala bisa bersikap seperti itu. Padahal selama ini Abi mengira kalau Nala adalah anak yang paling tidak berani macam macam.

INEFFABLE [Completed] Where stories live. Discover now