---duapuluhlima---

1.4K 173 37
                                    

Aidan turun dari lantai atas dengan santai, ini hari pertamanya masuk sekolah setelah libur semester. Mengenai Sera, sang ibu sudah kembali dari rumah sakit sejak dua hari yang lalu. Dengan kondisinya yang seperti itu, Sera belum bisa melakukan apa apa sendiri. Untungnya ada mbok Suti yang selalu siap membantu Sera.

Contohnya pagi ini, mbok Suti tengah menyiapkan sarapan pagi untuk anak anak dengan Sera yang ikut membantunya. Walau sudah berkali kali mbok Suti bilang Sera tidak perlu turun tangan, tapi perempuan itu sangat keras kepala.

"Selamat pagi bunda." Aidan tersenyum sumringah melihat keberadaan Sera di dapur. Seperti biasa, bunda nya itu selalu cantik.

"Pagi." Sera tersenyum. "Duduk gih, sebentar lagi sarapannya siap."

Aidan mengangguk lalu duduk di meja makan. Dia tidak sendiri tentunya, melainkan sudah ada Sean dan Nala yang sedang menunggu sarapan pagi mereka.

Bisa di bilang, mereka hari ini bangun lebih pagi dari biasanya. Mungkin karena ini hari pertama mereka pergi ke sekolah setelah sekian lama liburan di rumah. Walau mereka tidak pergi berlibur kemanapun.

"Kok kalian tumben sih bangunnya pada pagi banget. Udah pada rapih pula." Ujar Sera sembari meletakkan beberapa piring nasi goreng di atas meja makan.

"Biar gak terlambat bun, sekarang jam 06.50 gerbang udah di tutup." Kata Sean sambil menyantap makanannya.

Sejak kepala sekolah diganti, peraturan di sekolah menjadi lebih ketat. Untungnya sebentar lagi Sean lengser jadi ketua osis, setidaknya tidak terlalu banyak beban yang dia pikul di sekolah.

"Kalian makan dulu aja, bunda mau bangunin ayah." Sera melepaskan apron yang melingkar di lehernya lalu pergi ke lantai atas untuk membangunkan Abi.

Pria kepala empat itu hari ini berangkat siang, makanya jam segini masih tidur. Ingat, Abi akan kembali tertidur setelah sholat subuh. Ini mungkin kebiasaan yang jelek, namun sering kali Abi kehilangan jam tidurnya karena lembur bekerja. Jadi selagi ada waktu untuk tidur, Abi akan memanfaatkan kesempatan itu.

Kamar saat itu masih gelap karena Sera belum membuka gorden, lagian Abi tidak suka kalau waktu tidurnya terganggu gara gara ada cahaya matahari yang masuk.

"Mas, kamu gak mau sarapan?" Tanya Sera seraya duduk di atas kasur, sesekali memperhatikan wajah suaminya lamat lamat.

Tidak ada respon apapun. Tandanya Abi tidak mendengar.

Sera terkekeh kecil saat mendengar dengkuran halus dengan mulut Abi yang sedikit terbuka. Dengan iseng Sera menutup lubang hidung Abi sampai pria itu tidak bisa bernafas.

Mungkin karena Sera terlalu lama menutup lubang hidung Abi, dia jadi terbangun. Abi terlihat kaget saat bangun, mungkin dia kira dia kehilangan indera pernafasannya.

"Apa sih ra." Ujar Abi setelah menyadari kalau barusan adalah sang istri.

Sera terkekeh. "Hahaha maaf."

Tadinya Abi berniat marah, namun karena wajah Sera terlalu cantik pagi ini akhirnya Abi tidak jadi marah.

"Kamu gak mau sarapan?" Tangan Sera mengelus lembut surai Abi.

Abi menggeleng spontan. "Enggak, ngantuk." Dia mengambil tangan Sera dari kepalanya lalu menjadikannya sebagai bantalan.

"Hari ini berangkat jam berapa?"

"Sebelas."

Sera mengangguk paham. "Yaudah kalo gitu aku ke bawah dulu, anak anak bentar lagi berangkat sekolah."

"Diem disini dulu." Ujar Abi dengan mata terpejam.

Sera tidak protes, dia mengikuti keinginan Abi dan tetap berada di sebelahnya. Ia sadar beberapa waktu kebelakang dirinya kurang memperhatikan Abi karena kondisi Sera yang kurang baik.

INEFFABLE [Completed] Where stories live. Discover now