---tigapuluhtujuh--- [Final]

1.2K 86 17
                                    

Saat Sean membuka pintu ruang ICU, senyuman Sera saat itu mengembang. Walaupun dengan hati yang sangat bersedih, Sean tetap membalas senyuman itu. Mati matian Sean berusaha terlihat biasa saja saat mendapati sang ibu terbaring tak betdaya di atas brankar rumah sakit.

"Hai bunda." Kata Sean.

"Sean gak sekolah?" Tanya Sera.

Sean menggeleng. "Kemarin hari terakhir ujian, jadi Sean izin sama guru buat gak ke sekolah dulu."

"Ujian nya gimana?"

"Lancar bun, semoga aja hasilnya gak mengecewakan."

Tangan Sera yang saat ini di pasang selang infusan bergerak untuk mengelus surai lembut kecoklatan milik putranya itu.

"Selamat ulang tahun anaku sayang, semoga Sean selalu di berikan kesehatan ya. Bunda akan selalu do'a kan yang terbaik untuk Sean." Ujar Sera.

"Bun.."

"Bunda tahu nak, gak banyak yang bisa bunda berikan untuk Sean. Tapi bunda harap Sean bisa tumbuh jadi anak yang jauh lebih baik dengan ada atau tidak adanya bunda ya sayang."

"Sean pasti akan tumbuh lebih baik dengan bimbingan bunda. Makasih bun, makasih karena bunda udah jadi bunda yang terbaik untuk Sean."

"Sini, bunda mau peluk Sean." Sera merentangkan tangannya, meminta Sean agar segera datang ke pelukan dirinya.

Saat tubuh Sean mendekat, Sera dekap tubuh hangat Sean dengan penuh rasa kasih sayang. Ia usap lembut kepala sampai ke punggung Sean, berusaha memberikan rasa nyaman pada putranya itu.

"Mungkin bunda gak pernah tau seberapa besar beban yang Sean pikul selama ini. Menjalani hidup 19 tahun dengan menjadi seorang kakak pasti gak mudah kan untuk Sean. Tapi satu hal yang harus Sean tahu, kalau rasa sayang bunda ke Sean itu seluas samudera. Rasa sayang bunda sama Sean itu gak tertandingi, dan bunda akan selalu bahkan selamanya sayang sama Sean." Ucapan Sera benar benar membuat Sean tak bisa lagi membendung air matanya. Pelukan bunda terasa sangat hangat untuknya, sampai sampai rasanya Sean tidak sanggup untuk melepaskan pelukan itu.

Di antara dia dan adik adiknya, Sean yang memiliki waktu paling banyak dengan bunda. Bunda selalu menyempatkan waktu untuk mengajak Sean berbicara, karena bunda tahu Sean bukan tipikal orang yang gampang berbagi keluh kesah. Jadi kalau di tanya kenapa Sean lebih sayang dengan bunda di banding ayah, itu semua karena bunda adalah orang yang paling dekat bahkan orang yang paling mengerti Sean.

"Sean juga sayang banget sama bunda." Kata Sean dengan bahu yang sedikit bergetar.

Sera menjauhkan tubuh Sean lalu ia tatap lekat lekat wajah Sean yang sudah banjir air mata. "Sean mau janji sesuatu sama bunda?"

Sean mengangguk. "Janji apa bunda?"

"Setelah ini tolong jadi Sean yang lebih kuat. Bunda minta tolong sama Sean untuk jangan pernah menangis lagi, karena cuman Sean satu satunya harapan bunda."

"Iya bunda, Sean janji sama bunda kalau Sean gak akan pernah nangis lagi. Sean akan jadi orang yang lebih kuat seperti permintaan bunda. Sean janji." Sean segera menghapus air matanya, ia tidak ingin kelihatan lemah di mata Sera.

"Maafin bunda ya Sean. Maaf kalau bunda terlalu keras sama Sean." Ujar Sera kemudian ia kecup wajah Sean dari mulai kening sampai ke pipi.

"Terimakasih Sean, terimakasih karena Sean sudah jadi anak bunda."

Tidak, bukan bunda harusnya yang berterimakasih. Seharusnya Sean yang berterimakasih karena selama ini Sera sudah menjadi bunda paling baik yang pernah ada.

INEFFABLE [Completed] Where stories live. Discover now