Epilog

82 0 0
                                    

#Readers... mohon dukung terus yaa. T_T 

Ga nyangka bisa nulis sampai akhir. Semoga suka :)

Happy reading 

Hari ini, 14 Agustus 2021, pukul 10.00, kebahagiaan Simbah dan Bulik Sum pun semakin nyata saat Bayu dan orangtua beserta beberapa kerabat dekatnya tiba di pendopo rumah Simbah Marsudirini. Mereka secara resmi menyampaikan lamaran pernikahan kepada Dhiyanti. Dhiya yang duduk bersama Simbah, Bulik, Pakdhe, dan para sepupu menyambut hangat lamaran tersebut.

Sebuah cincin berlian disematkan di jari manis Dhiya oleh Bayu sebagai tanda pertunangan mereka.

Para sesepuh sibuk menghitung hari baik pernikahan mereka di tahun 2022 nanti.

Saat semua orang sedang sibuk berembug, Dhiya membisikkan sesuatu ke telinga Bayu.

"Bay... makasih ya. Aku sangat Bahagia."

Bayu menatap Dhiya lembut dan membalas berbisik di telinga kekasihnya itu.

"Aku lebih bahagia. Perjuanganku ga sia-sia. Terimakasih kamu mau menungguku. Aku mencintaimu."

Keduanya saling bertatapan dan tersenyum sangat manis.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

"Budhe... itu pecel sama siomaynya masih harus ditambah."Suara Bulik Sum memberikan aba-aba kepada Bu Paryo, seorang koordinator divisi catering dari WO yang menyelenggarakan pesta pernikahan Dhiyanti-Bayu.

Semua orang tampak sibuk, bergerak, berlalu lalang, beraktivitas di tempat. Cukup sibuk, karena resepsi pernikahan telah dimulai 15 menitan yang lalu. Tamu undangan berdatangan tanpa henti membuat kesibukan katering, among tamu, dan pengisi acara resepsi tak berhenti beraktivitas.

Tentu saja Dhiya dan Bayu ada di panggung pelaminan bersama pasangan Simbah-Pakdhe Bardan dan orang tua Bayu. Mereka bersalaman dan melewati sesi foto bersama yang entah sudah berapa ratus jepretan oleh sang fotografer.

Acara akad pernikahan yang digelar malam sebelumnya berlangsung khidmat dan lancar. Saat pagi menjelang, Dhiya dan Bayu harus bersiap untuk acara resepsi pernikahan. Melelahkan namun kebahagiaan lebih mendominasi rasa batin dan fisik semua orang.

Acara resepsi pernikahan berjalan lancar dan selesai tepat tengah hari. Saat semua orang dari WO sibuk berbenah.

Dhiya dan Bayu sibuk bersenda gurau, begitu juga dengan sanak saudara kedua keluarga. Mereka tampak akrab satu sama lain. Bahkan keluarga kedua mempelai merasa senang dengan keasyikan Dhiya dan Bayu saling bercanda mesra.

"Nah... itu tuh kalo pengantin baru. Mesraaaa terus."goda Budhe Saida, istri Pakdhe Bardan.

Dhiya tersenyum, tersipu.

"Akhirnya cucu simbah mentas semua."komentar Pakdhe Bardan menanggapi obrolan sang istri. 

Semua tertawa.

Saat ini mereka sedang duduk lesehan di taman belakang rumah Simbah. Semacam pesta kebun khusus untuk keluarga.

"Sekalian pembubaran panitia", begitu ide yang disampaikan oleh Bulik Sum saat rapat dengan WO, 3 bulan sebelum acara digelar.

Jadilah hari ini mereka menggelar pesta kebun untuk kalangan keluarga kedua mempelai dan keluarga Windu tentunya. Windu memang duduk di sebelah Dhiya sejak pesta kebun dimulai.

"Kenapa bete?"tanya Dhiya pada Windu.

Windu agak kaget dengan perhatian dari Dhiya, biasanya anak ini ga peka.

Dua Puluh Empat [END]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu