Chapter 27: Ungkapan Perasaan Bagian 2

35 0 0
                                    

#Hai, Readers! Lanjut yuk. Happy reading :)

Senin pagi yang luar biasa indah bagi Dhiya. Mulai semalam dia telah resmi menjadi kekasih Bayu lagi. Setelah selesai mandi, Dhiya menyempatkan diri cek ponsel sebelum berdandan.

Deg!

Sebuah pesan tampil di layar ponselnya. Sepertinya Danar membalas pesannya semalam.

--- Aku akan sampai di café jam 2 apa boleh?

Dhiya mengingat-inget acara hari ini. Sepertinya memang tak ada meeting siang. Hanya pagi ini ada meeting dengan kontraktor bangunan proyek gabungan dengan kantor Bayu. Nanti Dhiya akan minta waktu ke Pak Bram jam 2-3 sore.

--- Bisa, mas. Sampai ketemu nanti.

Pesan terkirim.

Dhiya terdiam beberapa saat menatap layar ponselnya. Desahan pelan Dhiya karena membayangkan wajah kesedihan Danar nantinya.

Setelah sarapan dan pamit pada Simbah, Dhiya bergegas menuju garasi di samping pendopo untuk menjemput motor kesayangannya. Tiba-tiba suara mobil memasuki halaman, membuat Dhiya menoleh.

Sebuah SUV yang tak asing, ditambah saat Bayu turun dari mobil itu membuat Dhiya memutar badan dan tersenyum pada kekasihnya itu.

"Yuk, berangkat."Bayu menghampiri Dhiya dan merapikan beberapa helai rambut Dhiya yang agak berantakan karena ulah helm yang dipaksa lepas buru-buru.

"Kenapa repot jemput?"tanya Dhiya yang terdengar basa-basi yang basi. Menutupi kegugupannya. 

Bayu hanya tersenyum lalu menggandengnya ke arah pendopo. Dhiya bingung.

"Pamit Simbah dulu"kata Bayu menjawab wajah penuh tanya Dhiya.

Simbah tampak baru keluar ke pendopo didampingi Mbok Yem yang membawa nampan berisi teh dan kue apem.

"Kulanuwun, Simbah. Saya jemput Dhiya."Bayu menghampiri Simbah dan cium tangan.

"Iya, sana berangkat. Nanti terlambat."jawab Simbah.

Dhiya tersenyum manis pada simbahnya itu. Simbah mengibaskan tangannya tanda menyuruhnya dan Bayu segera pergi.

Keduanya pun segera berangkat. Di dalam mobil Dhiya hanya senyum-senyum.

"Kenapa?"tanya Bayu sambil sekilas memandangnya, lalu sesaat berikutnya memperhatikan jalanan yang sudah lumayan ramai dengan kendaraan lain.

"Aku senang."jawab Dhiya jujur dan dengan semringah.

Tangan Bayu terulur dan membelai kepala Dhiya. 

"Aku juga."jawabnya dan keduanya sama-sama tersenyum.

"Bay, siang nanti aku akan ketemuan sama Mas Danar sebentar."kata Dhiya sambil melihat ke arah Bayu yang masih konsentrasi menyetir.

Dhiya agak kuatir mengatakan ini sekarang. Bayu memang terlihat selalu tenang, namun kadang kala bisa sangat mengejutkan jika sedang cemburu.

"Jam berapa? mau kutemani?"tanya Bayu tanpa menoleh.

Dhiya merasa ada rasa tak suka dari sikap Bayu.

"Emm... aku hanya akan memberikan jawaban aja sih. Tak lama. 30 menit mungkin cukup."kata Dhiya berusaha meyakinkan Bayu.

Bayu membelokkan mobilnya ke arah lobby gedung kantor Dhiya dan berhenti. Tak mengucap sepatah katapun. Dhiya belum bergerak dari duduknya.

Bayu menengok dan menatap Dhiya dengan heran. Lalu sebuah senyuman jahil tersungging.

"Kamu ga mau turun? Mau ikut aku aja? Iya aku tahu kamu ga rela pisah ma aku..."godanya. 

Dua Puluh Empat [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang