Chapter 23: Indah, tapi...

34 1 0
                                    

#Yuk lanjut bacanya dimari. Author lagi on fire! Vote yang banyak yaaa. Happy reading :)

Pagi itu aku ke kantor dengan berbagai pikiran berseliweran. Sepanjang pagi itu aku berusaha fokus pada desain 3D yang sedang kukerjakan bersama Pak Marto dan Mba Puspa. Tak lupa aku memperlihatkan masukan dari Bayu yang dikirim via emailku.

Aku melirik arlojiku. Jam 11. Kemana sih Bayu?

Dhiya! Kamu menantikannya? Pertanyaan batinku sendiri mengusikku. Aku kembali menekuni layar laptopku. Mencoba mengusir pertanyaan konyol barusan.

Suara Langkah kaki di belakangku membuatku berhenti menggerakkan stylusku di atas layar. Kualihkan pandangan ke belakang dan benar saja, orang yang barusan kupikirkan datang. Dengan senyuman manisnya yang tertuju langsung padaku dia menyapa.

"Udah selesai? Maaf telat banget ya?"

Aku hanya menggeleng.

Senyum itu selalu indah buatku. Aku selalu menyukainya. Tapi...

Lagi-lagi bayangan wajah dan senyuman Mas Danar muncul.

"Ada kesulitan?"tanya Bayu sopan setelah duduk di sebelahku. Kami ada di ruang rapat yang lumayan menampung 10 orang. Kami hanya berdua. Pak Marto dan Mba Puspa sedang keluar menyiapkan bahan maket. Kukira dia bisa saja duduk di depanku atau agak jauh.

"Lumayan. Aku ada pertanyaan."jawabku yang ditanggapi Bayu dengan antusias. Dicondongkannya tubuhnya ke arahku.

"Jantung... tenang ya."pintaku pada si jantung yang berdegup kencang. Dengan jarak segini takutnya terdengar jelas aku deg-degan dekat dengannya.

Kuperlihatkan gambar 3D yang sudah 90% selesai itu dan menunjukkan beberapa bagian yang aku terjemahkan dari emailnya.

Bayu memang belajar Teknik Sipil, tapi gelar masternya di bidang Green Architecture, tentunya ilmu itu tak sembarangan. Aku perlu banyak belajar darinya. Kesempatan bagus menurutku.

Bayu menjelaskan dengan mata berbinar. Indah. Segera kutepis pikiran itu.

Fokus Dhiya! Fokus! 

Kupaksa diri memperhatikan penjelasan Bayu. Sesekali tangan Bayu meraih stylusku dan membuat detil-detil pada rancangan di laptopku itu.

Sekitar 20 menitan kami berdiskusi dan melakukan sentuhan-sentuhan akhir pada desain 3D itu, saat Pak Marto dan Mba Puspa memasuki ruang rapat.

Aku dan Bayu menengok bersamaan ke arah pintu.

"Oh My... Maaf ganggu ya?"Mba Puspa yang emang selalu jahil... terkikik menyebalkan. Pak Marto hanya senyum-senyum.

Aku dan Bayu berpandangan, lalu aku menjawab cepat.

"Enggaklah, Mba. Apaan sih. Aku dan Bayu udah selesai dengan 3D-nya nih."

Kusodorkan laptopku ke Mba Puspa yang langsung duduk dan serius memandangi layar itu. Pak Marto ikut-ikutan duduk dan memperhatikan layar.

Aku dan Bayu bersamaan menyenderkan punggung kami. Baru sadar kalo ternyata udah terlalu lama duduk tegak dan membungkuk. 20 menitan. Lumayan pegel.

Melihat kami bersamaan melakukan hal yang sama, kami berpandangan dan sama-sama tersenyum.

Ah indahnya chemistry ini.

- "Dhiya, aku tunggu jawabanmu. Pikirkan pelan-pelan." -

Suara dan wajah Mas Danar terbayang Kembali.

Duuuuh... Sesaknya... Pengen segera bebas dari beban ini. Winduuuu... cepetan pulang doong.

Dua Puluh Empat [END]Where stories live. Discover now