Chapter 19: Teristimewa

38 1 2
                                    

#Yuk, Readers, vote, follow, read, comment *o* Happy reading :) Gumawooo!

POV Dhiya

Pagi itu aku terburu-buru berangkat. Mungkin Lelah hati membuatku jadi butuh tidur lebih lama. Pagi itu aku bangun kesiangan. Tak biasanya aku begini. Kulajukan motorku secepat mungkin menuju kantor. Pagi ini ada meeting dengan rekanan pukul 8.

Di lampu merah aku menatap arlojiku dengan gelisah. 5 menit lagi.

Aku sampai kantor lewat dari jam 8 dan menemukan pandangan heran dari Pak Bram.

"Tumben banget, Dhiya. Begadang?" tanyanya.

"Maaf pak. Apa sudah datang?"jawabku cepat, sambil berusaha mengatur napas yang ngos-ngosan karena berlari dari parkiran.

"Belum. Sini duduk dulu. Minum."perintah Pak Bram. Aku menurut dan duduk di sebelahnya sambil meneguk air mineral yang ada di meja rapat.

Suara Langkah kaki beberapa pasang sepatu diluar ruang rapat membuatku berdiri. Mereka datang. Rekan kerja baru.

Kantorku memutuskan bekerja sama dengan kantor lain untuk memberikan pengalaman baru. Pak Bram mengatakan kalo rekanan kami yang baru ini standarnya tinggi. Maklum arsiteknya lulusan Eropa.

Pintu ruang rapat terbuka. Aku terpaku menatap wajah itu. Wajah tersenyum ke arahku itu.

"Bayu?"tanpa sadar bibirku berucap. Pak Bram menengok cepat ke arahku.

"Dhiya kenal?"

Aku tersadar. Berdehem untuk menetralkan hatiku.

"Iya pak. Lumayan kenal."jawabku.

"Bukan cuma lumayan pak. Kami sangat mengenal satu sama lain." Bayu mengedipkan sebelah matanya. Membuatku sedikit berdebar.

"Oooh...hahaha... Baguslah kalo begitu. Ga perlu penyesuaian diri lama-lama."sambut Pak Bram.

Aku dan Bayu tertawa sopan.

"Oh iya, ini rekan-rekan saya, Pak Budi dan Bu Nirma."Bayu memperkenalkan rekan-rekan yang dibawa bersamanya.

"Ini Dhiyanti, Puspa, Dara, Marto, dan saya sendiri Bramantyo." Pak Bram memperkenalkan kami. Bergantian kami menjabat tangan ketiganya.

Rapat berjalan lancar dan kesepakatan sudah disetujui masing-masing pihak.

Aku dan Bayu sengaja meluangkan waktu di café Arion. Rekan Bayu sudah kembali ke kantor. Hari itu memang jam kerja dinyatakan usai oleh Pak Bram. Entah kenapa Bayu ikut-ikutan membubarkan diri.

"Kapan pulang? Kok ga kasih kabar?"tanyaku sambil meminum es kopiku. Kuperhatikan Bayu. Tampan. Masih seperti dulu.

"Baru kemarin mendarat. Masih jetlag sebenarnya. Makanya tadi aku telat."jawabnya Panjang. Aku suka setiap bicara dengannya. Tak pernah ada kata sepi kalo kami ngobrol.

"Kasiaaan... ya udah, pulang sana. Bobok."balasku. Dia tertawa.

Tuhan... Jantungku berdegup. Kuakui, cintaku padanya memang tak pernah hilang. Apa mungkin selama ini aku masih berharap dia Kembali?

"Aku semangat loh datang hari ini meski jetlag. Demi apa coba? Demi ketemu gadis cantik."jawabnya tanpa basa-basi. Rayuannya masih begitu manis.

"Tahu darimana ada gadis cantik?"balasku masih dengan selingan tawa.

"Kan ada nama Dhiyanti Sukma Wahyono di daftar calon rekanan. Aku yakin 100%, Dhiyanti itu ya pasti kamu Dhiya. Kayaknya namamu tuh langka. Jarang yang ngembarin. Beda sama namaku."jelasnya lancar, dengan mata berbinar.

Dua Puluh Empat [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang